PADA suatu kelompok organisasi, terlebih pada ruang lingkup yang lebih besar yaitu negara, terdapat semangat dan tujuan mulia yang menjadi dasar aksioma dalam membangun perjuangan bersama untuk cita-cita besar yang menjadi prinsip dalam mencapai keteraturan dan kebenaran yang disepakati dan diperjuangkan secara bersama-sama.
Untuk itu perlulah nilai besar untuk mencapai jati diri dan keyakinan serta asumsi positif untuk berupaya mencapai perwujudan-perwujudan dalam memenangkan perjuangan yang telah direncanakan sebagai tujuan dalam mencapai kebenaran yang bersifat universal dan juga sebagai pemecahan solusi kepada seluruh insan …,
Atau masyarakat yang menjadi penopang dalam mempertahankan kedaulatan negara untuk menjaga keutuhan dan perpecahan dari berbagai macam gelombang ancaman yang siap untuk menghancurkan kita sebagai suatu bangsa dan tentu berimplikasi pada negara.
Jika kita membaca dan mendiskusikan kembali sejarah perjuangan di masa imperium seperti masa yunani kuno atau masa kerajaan-kerajaan yang disebut sebagai dinasti, bahkan sampai pada masa sebelum kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kita akan menjumpai bagaimana perjuangan suatu kedaulatan wilayah itu sangatlah penting untuk bisa membentuk dan menjalankan suatu sistem bernegara dengan kehendak dari raja atau penguasa yang menguasai wilayah tersebut.
Untuk menguasai wilayah itu, para raja harus melakukan peperangan atau ekspansi agar dapat menguasai wilayah dan mendapatkan kedaulatan atas wilayah kekuasaan yang direbut dari kerajaan sebelumnya.
Hal ini menjadi sangat krusial karena dibutuhkan kekuatan fisik dan inteligensi pemikiran yang kuat untuk menciptakan strategi perang yang jitu dalam menghadapi musuh-musuh mereka yang ada di depan mata.
Setiap hari para rakyat mereka digembleng dengan gaya dan metode latihan militer untuk mempersiapkan diri dalam menciptakan suatu system pertahanan yang kuat dalam menghadapi ancaman dari serangan musuh yang akan datang untuk mengambil kekuasaan mereka …,
Serta bersiap-siap untuk melakukan ekspansi atau pengambilalihan kedaulatan wilayah jika sewaktu-waktu raja mereka memerintahkan.
Para prajurit yang notabene merupakan rakyat atau penduduk dari suatu wilayah yang dikuasai oleh kerajaan itu memiliki jiwa dan mental yang kuat serta pemikiran yang cenderung berorientasi pada startegi perang secara militer.
Mereka dengan mudah mampu membangun fisik dan mental mereka karena mereka melihat secara jelas dan nyata bahwa ada musuh yang sedang bersiap-siap untuk melawan dan menghadapi mereka setiap saat.
Untuk itu jika mereka tidak mempersiapkan diri dengan melatih fisik mereka dan menyediakan amunisi atau persenjetaan untuk berperang maka sewaktu-waktu mereka bisa saja mati dalam keadaan tidak berdaya.
Dan tanah mereka diambil sehingga kekalahan akan menghampiri mereka dan sudah barang tentu bagi siapa saja yang masih hidup akan siap untuk dijajah dan diperdaya oleh mereka sebagai tawanan perang …,
dan berdampak juga kepada keluarga mereka yang sudah barang tentu akan menjadi budak oleh pasukan yang memengkan perang dan menguasai wilayah tersebut.
Untuk itu sekali lagi, orang yang hidup di zaman peperangan, mereka sangat tekun, serius dan semangat dalam mempersiapkan fisik, mental, amunisi (senjata) serta strategi dalam menghadapi musuh yang ada di depan mata mereka.
Bagaimana dengan sekarang? Jika kita mengamati secara lebih luas, tentu kita akan menyadari bahwa masih ada beberapa negara di luar sana yang masih berkonflik dengan cara berperang untuk memperebutkan suatu wilayah yang ingin mereka kuasai.
Seperti halnya konflik yang terjadi di timur-tengah atau konflik antara Israel dan Palestina yang menimbulkan banyak korban dan banyak kerugian lainnya.
Di Indonesia sendiri, sebagai bangsa Indonesia, patutlah kita banyak bersyukur akan kemerdekaan yang sampai saat ini masih kita rasakan sehingga kita bisa menjalani aktivitas atau rutinitas kita dengan nyaman, damai dan aman tanpa ada serangan dari luar yang akan mengancam nyawa kita.
Hal ini tentu tidak didapatkan dengan cuma-cuma. Ada perjuangan dan pengorbanan yang harus dibayar oleh the founder parents negara kita untuk mencapai kemerdekaan yang kita rasakan pada saat ini.
Seperti halnya pada masa dahulu kala dimana pasukan suatu kerajaan ingin mengambil kedaulatan wilayah dengan cara berperang.
Maka bangsa kita juga harus berperang melawan penjajah sebagai musuh nyata dalam mempertahankan kedaulatan wilayah yang kita punya.
Tentu mereka (penjajah) menyadari Indonesia kaya akan sumber daya alam yang jika ini mereka kuasai maka akan sangat berdampak pada ekonomi mereka …,
sehingganya bangsa Indonesia harus bersusah payah dalam mengusir penjajah agar supaya bangsa kita dapat menguasai dan mengelola sendiri kekayaan yang kita miliki sehingga bisa berdampak besar terhadap kesejahteraan rakyat secara keseluruhan.
Setelah suatu bangsa mendapatkan kemerdekaan, apakah lantas bangsa tersebut sudah tidak memiliki ancaman yang besar akan kedaulatan yang mereka miliki? Jelas tentu tidak.
Ancaman setiap saat selalu menghantui suatu negara, bangsa, kelompok bahkan invidu dimana saja berada.
Ancaman bukan hanya bicara masalah peperangan militer atau penjajahan, tetapi ancaman juga bisa dalam bentuk persaingan atau kekurangan kebutuhan yang jika kita tidak mampu mendapatkan atau memilikinya maka sudah barang tentu kita bisa diintimidasi, diintervensi, diinfiltrasi dan diinflasi oleh kelompok-kelompok yang lain atau musuh-musuh kita yang kita sendiri tidak tahu mereka ini siapa dan di mana keberadaan mereka.
Mereka mencoba untuk menyerang kita sebagai suatu bangsa dengan system dan teknologi yang mereka buat sehingga memaksa kita untuk ikut kedalam permainan (sistem) yang mereka buat dan kita tidak memiliki kekuatan untuk dapat keluar atau melawan sistem yang mereka jalankan itu.
Bahkan akan berdampak besar bagi siapa saja yang mencoba melawan system yang mereka bangun, tentu menjadikan kita dilema atas kondisi ini karena di satu sisi dengan fasilitas dan mentaati peraturan yang mereka buat akan dapat menguntungkan mereka dan menjadikan diri kita aman …,
tapi sebaliknya dengan tidak mengikuti atau melawan peraturan (sistem) yang mereka buat maka akan mempersulit pergerakan kita dan tentu bisa jadi kita akan mendapatkan hukuman jika berani melakukan hal tersebut.
Itulah yang penulis sebut dengan Invisible Hand. Menurut penulis ada sekelompok orang yang bisa kita sebut namanya dengan elit yang berupaya untuk menguasai suatu modal besar yang dimiliki oleh negara atau bangsa untuk dapat merealisasikan tujuan dan keinginan mereka.
Kita tidak mengetahui secara pasti apa yang ingin mereka tuju, tapi yang jelas mereka ingin mendapatkan sesuatu dari apa yang bangsa dan negara kita punya dengan cara mendukung dan memfasilitasi orang yang sepaham dan sevisi dengan mereka untuk mendapatkan kekuasaan serta memaksa mereka untuk membentuk suatu system …,
atau aturan atau hukum yang mempermudah mereka dalam mengambil kekayaan atau bahkan merusak kekayaan (secara esensial) yang kita punya dengan memberikan modal kepada pendukung mereka untuk mendapatkan kekuasaan maka sudah pasti kesempatan untuk menghancurkan bangsa kita dari dalam akan sangat leluasa mereka lakukan.
Terlebih di era globalisasi yang bahkan dibeberapa negara lain sudah mulai memasuki era disrupsi. Tantangan-tantangan yang kita hadapi jelas akan semakin besar.
Keanekaragaman masyarakat dengan kearifan lokal yang bangsa Indonesia punya jelas hari demi hari akan semakin tergerus oleh pesatnya teknologi dan informasi yang ada di zaman sekarang. Karakter kebangsaan dan implementasi nilai-nilai pancasila akan semakin terdegradasi dengan masuknya budaya …,
dan ketidakbenaran informasi (hoax) yang masuk ke negara kita dengan pesatnya akses informasi yang ada di sosial media serta kemudahan fasilitas yang terjadi karena semakin canggihnya teknologi dan software atau aplikasi yang sangat berdampak pada aktifitas kehidupan kita sehari-hari.
Berbicara tentang teknologi sudah barang tentu kita tidak lepas dengan yang namanya sosial media. Sosial media saat ini menjadi sarana untuk dapat mengetahui perkembangan kondisi …,
atau fenomena yang saat ini terjadi baik itu yang ada di sekitar kita, di dalam negeri maupun di belahan dunia manapun, pasti segala kejadian dengan mudah akan dapat kita ketahui dengan adanya sosial media ini.
Untuk itu para elit yang memainkan peran sebagai Invisisble Hand tadi akan memanfaatkan itu sebagai media untuk memerangi pemikiran bangsa kita tentu dengan cara menyajikan konten-konten negatif atau membuat suatu platform yang bertujuan untuk dapat mengalihkan perhatian mereka khususnya anak muda terhadap isu-isu yang sedang berkembang atau bisa juga mereka melakukan provokasi untuk dapat melunturkan persatuan dan persaudaraan antar sesama bangsa Indonesia yang notabene merupakan suatu modal besar yang dimiliki oleh bangsa kita.
Mereka menggoreng isu-isu seperti radikalisme, mendikotomi antara agama dan nasionalisme serta memberitakan kejadian yang sifatnya memecah-belah atau mempolarisasi masyarakat sehingga isu-isu seperti korupsi, diskrimasi, ketidak-adilan dan ketidak-benaran …,
Serta masalah-masalah yang lebih urgent dan pokok untuk bisa segera diatasi menjadi terbengkalai, karena dengan hal tersebut mereka akan lebih leluasa untuk meraup keuntungan yang ada di negara kita dan bisa secara tersirat melakukan perpecahan untuk meruntuhkan persatuan dan kesatuan yang dimiliki oleh bangsa kita.
Juga bagi para anak muda atau generasi milenial yang dimiliki oleh bangsa kita. Dengan pesatnya teknologi yang ada sekarang, akan sangat berdampak pada fisik, mental dan terutama psikologis mereka …,
Serta intelektualitas yang mereka punya karena terbiasa dan terlena dengan fasilitas atau kemudahan akses yang ditimbulkan oleh kecanggihan teknologi yang kita rasakan saat ini, terlebih dengan mudahnya mengakses konten-konten negatif yang beredar di media sosial maka akan lebih mudah untuk mendorong para anak muda untuk berperilaku yang tidak baik, asosial, amoral juga apatis terhadap problem yang dirasakan oleh masyarakat secara umum.
Untuk itu, sebagai bangsa yang merdeka terlebih kita sebagai generasi muda yang berperan sebagai tulang punggung bangsa dan negara Indonesia sebagai penerus tongkat estafet perjuangan kemerdekaan yang telah direbut oleh orangtua kita pada masa lalu.
Patutlah senantiasa kita membenahi diri kita agar supaya tidak termakan provokasi dan paham-paham yang tidak sesuai dengan jati diri yang dimiliki oleh bangsa kita.
Berikutnya, kita juga harus tekun untuk mengembangkan potensi diri yang kita miliki serta memperluas dan memperbanyak wawasan ilmu pengetahuan kita sebagai bentuk kontribusi dalam melawan musuh kita yang saat ini tidak nyata atau tidak ada di hadapan kita, tetapi selalu mengintai dan memperlemah bangsa kita setiap saat.
Maka dari itu, dalam menghadapi Invisible Hand diperlukan kesadaran kolektif seluruh bangsa Indonesia untuk bisa lebih merawat karakter ke-Indonesia-an yang kita punya dan senantiasa berupaya mengimplementasi nilai-nilai Pancasila pada seluruh sendi-sendi kehidupan bernegara dan berbangsa, dengan berani bertindak dan berkontribusi untuk kemajuan dan kebaikan daerah dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.***