HABARI.ID I Di tengah terik matahari, Atan memacu laju kendaraannya. Pandangannya tidak lurus ke depan, matanya sibuk menghadap ke kiri kanan jalan. Sesekali ia melambatkan laju motor matic saat melewati warung atau toko. Matanya menatap tajam, berharap menemukan minyak kelapa di antara deretan barangan dagangan.
Hampir 1 jam Atan mondar mandir menyusuri ruas jalan dan lorong-lorong di desa yang ada di Kecamatan Kwandang, namun jerih payahnya belum membuahkan hasil. Atan sedang mencoba memburu minyak goreng curah subsidi yang katanya belum lama ini disalurkan di kecamatan tersebut.
Sebagai warga Kecamatan Kwandang, Atan sedikit kecewa sebab tidak mendapatkan informasi terkait distribiusi.
Atan berhenti di salah satu mini market yang cukup besar, katanya mini market itu merupakan agen minyak goreng curah subsidi. Tapi sayang, ternyata minyak goreng subsidi itu sudah habis. Bahkan Atan sempat menemukan, salah satu agen yang dipercayakan menjual dengan Harga Eceran Tertinggi ternyata masih menjualnya dengan harga yang mahal, yakni 28 ribu perliternya. Padahal minyak goreng subsidi itu, dibeli dengan harga 13 ribu perliter, dengan harapatan setiap agen bisa menjualnya sesuai aturan.
“Saya tanyakan ke karyawannya katanya sudah habis, ada juga yang menjualny” jelasnya.
Atan tak patah semangat, ia terus melakukan pencarian. Di sepanjang jalan ia dapati banyak lapak rempah-rempah yang menjual minyak goreng curah. Tetapi Atan selalu terkejut, sebab harga minyak goreng curah yang dikemas dalam bekas botol air mineral selalu berada di angka Rp. 38 ribu bahkan lebih untuk setiap botolnya.
Atan mengatakan, subsidi minyak goreng curah seolah tidak memberikan dampak yang berarti. Sebagai Ibu rumah tangga Atan berharap, pihak Pemerintah dapat dengan serius melakukan pengecekan terkait distribusi minyak goreng tersebut.
“Kata pemerintah harga minyak goreng curah sudah disubsidi, tapi saya jalan beli HET yang ditetapkan hanya sebatas ilusi, padahal belum lama ada 10 ribu liter yang didistribusi,” keluhnya.
Minyak goreng curah tak juga ditemukan, bensin motor atan semakin tak cukup untuk perjalanan. Semangatnya mulai kendor seiring terik matahari menghilang. Waktu berbuka puasa sebentar lagi datang dan Atan tak punya pilihan selain untuk mengalah dan membeli minyak goreng curah dengan menggali isi kantong lebih dalam.
Minyak goreng subsidi curah memang menjadi angin segar di telinga masyarakat saat harganya melambung tinggi. Solusi pemerintah ini, sempat menenangkan dan memberikan harapan bukan saja kepada ibu-ibu rumah tangga, tetapi kepada para pedagang gorengan yang menggantungkan hidup dari berjualan jajalan berminyak yang menjadi favorit masyarakat pada umumnya.
Lenyap dalam sekejabnya minyak goreng subsidi di pasaran, coba dirasionalkan oleh Kepala Dinas Perindagkop dan UMKM Gorontalo Utara, Hasan Hiola. kata Hasan, cepatnya habis minyak goreng subsidi 10 ribu liter dalam 2 hari itu akibat, penjualannya bukan hanya untuk masyarakat kecamatan Kwandang.
“Ini dijual bukan hanya untuk masyarakat Kwandang, agen juga menjualnya kepada mereka yang di luar kecamatan, nah itu yang bikin cepat habis,” kata Hasan.
Pemerintah Daerah dan Kepolisian, jelas Hasan, akan mengawal dan melakukan penindakan bila memang ada oknum yang menjual dengan harga lebih mahal.
“kalau peninbunan itu tidak mungkin yah, karena mereka menjual seusai aturan, kita juga bekerja sama dengan kepolisian untuk menjaga minyak goreng curah tepat sasaran,” jelasnya. (Wi/Habari.id)