Pengendalian Komorbid Covid-19 Diseriusi Pemprov Gorontalo

oleh
komorbid
Gubernur Gorontalo Rusli Habibie, saat menjamu Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes RI Dr. Cut Putri Ariani di rumah jabatan Gubernur, Jumat (11/12/2020).
banner 468x60

HABARI.ID I Pengendalian komorbid Covid-19 menjadi topik pembahasan utama antara Gubernur Gorontalo Rusli Habibie, dengan Direktur P2PTM (Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular) Kemenkes RI, Dr. Cut Putri Ariani Jumat (11/12/2020).

Pengendalian komorbid Covid-19 ini sangat penting, mengingat pasien Covid-19 yang meninggal dunia rata-rata mereka yang memiliki penyakit bawaan.

Seperti kata Cut Putri, memang angka kesembuhan pasien Covid-19 sangat tinggi baik secara Nasional maupun tingkat daerah khususnya Gorontalo.

“Meski begitu, Pemerintah Pusat dan daerah harus memperhatikan angka kematian, yang lebih banyak dari mereka memiliki penyakit bawaan atau komorbid,” ujarnya.

Cut Putri jelaskan lagi bahwa Provinsi Gorontalo salah satu daerah yang angka penyakit tidak menularnya tinggi.

Dan hal tersebut sempat dibicarakan baik upaya mencarikan solusinya, serta langkah strategis bersama Pemerintah Provinsi Gorontalo.

“Langkah strategis itu untuk bagaimana kita bisa mencegah penderita PTM. Agar tingkat risiko kematian akibat covid-19 bisa terkendali dengan baik, dan tepat sasaran,”ungkap Cut.

Salah satu upaya itu adalah melaksanakan skrining, serta membuka layanan ekstensial. Karena sebagian besar memang masih harus fokus pada pelayanan covid-19.

Selanjutnya, pencegahan komorbid ini harus mulai dari hulu, karena orang-orang tidak tahu apakah mereka sudah masuk faktor berisiko, atau penyandang penyakit.

“Harus memanfaatkan teknologi informasi, untuk menambah pengetahuan apa saja gejala dari PTM ini …”

“Karena memang PTM ini sering kali tanpa gejala, tanpa tanda, bahkan orang merasa sehat. Seperti kata pak Gubernur, ada tensi tekanan darahnya 240 tapi merasa sehat …”

“Padahal 140 saja jika angka atas (sistolik), lebih tinggi atau jika angka bawah (diastolik) lebih dari 90, itu bahaya,” jelasnya.(bnk/dik/habari.id).

Baca berita kami lainnya di

Tinggalkan Balasan