HABARI.ID, TULUNGAGUNG I Aksi turun jalan yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Tulungagung Indonesia (AMTI) di Rumah Dinas Wakil Bupati (Wabup) Tulungagung Kamis (24/2/2022) kemarin, dinilai kental akan settingan.
Aksi yang menuntut tentang kejelasan kinerja Wakil Bupati yang terkesan tidak berbuat apa-apa atau diibaratkan sedang tidur itu, dinilai ada intrik dan skenario yang direncanakan, antara subyek dan obyek demo. Hal ini disampaikan oleh salah satu Pengamat Sosial di Tulungagung Sutrisno, SH. Jum’at (25/2/2022).
Pria bertubuh mungil ini, melihat ada beberapa fakta yang aneh dalam aksi 100 hari Wabup Tulungagung itu, diantaranya pamflet propaganda aksi yang jauh-jauh hari sudah tersebar luas di media sosial. Selain itu, adanya rencana bahwa Wabup Tulungagung akan menemui para peserta aksi tetapi dibatalkan menjadi pelengkap atas analisanya itu.
“Wabup kelihatannya sedang memainkan politik empati, dengan menggunakan strategi di Demo, diharapkan Bupati akan memberikan wewenang lebih kepadanya,” kata pria yang akrab disapa Kaji ini.
Sutrisno menjelaskan, politik empati yang dimaksud, adalah gaya politik yang membuat suasana seakan-akan teraniaya oleh sistem, sehingga mengundang rasa empati masyarakat untuk memberikan dukungan kepadanya.
Tak hanya masyarakat, bahkan Politik empati ini juga berlaku pada instansi-instansi di Pemkab Tulungagung termasuk Bupati Tulungagung. Dengan adanya momen desakan dari masyarakat itu, Bupati akan memberikan pendelegasian kepada Wabup untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan dan lain-lain.
Sementara itu, Wabup Tulungagung Gatut Sunu Wibowo saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp belum memberikan respon. Tampak dalam notifikasi online, namun hingga berita ini dinaikkan tetap belum memberikan respon. (fal/habari.id)