HABARI.ID I Gelar Panglima, Pejuang bahkan Pelindung yang disematkan ribuan PTT/GTT kepada Gubernur Gorontalo Rusli Habibie, adalah bentuk penghargaan atas upaya serius yang dilakukan Rusli dalam memperjuangkan nasib ribuan tenaga honorer di lingkup Pemprov Gorontalo.
Tapi belakangan, gelar ini — gelar yang disematkan ribuan orang sebagai apresiasi atas apa yang dilakukan Gubernur — justru memicu reaksi lain dari orang-orang yang (sepertinya) menaruh perasaan marah (tidak suka, cemburu, iri dan dengki; hasad). “Reaksi lain” ini, banyak bermunculan di media sosial.
Sematan gelar tersebut, adalah sebuah fakta. Fakta yang muncul ketika ribuan tenaga honorer ini rame-rame datang menyambut ketibaan Gubernur di Bandara Jalaluddin beberapa hari lalu usai menemui dua Menteri untuk agenda konsultasi terkait nasib tenaga honorer ini.
Teriakan melalui pelantang dan spanduk bertuliskan “Panglima PTT” yang membentang di depan Bandara Djalaludin Gorontalo itu, adalah luapan kegembiraan 4608 tenaga non PNS ini.
Hasil konsultasi Gubernur dengan Menteri Dalam Negeri dan Menteri PAN-RB itu, memberi kepastian status mereka di tengah-tengah kuatnya wacana penghapusan tenaga honorer.
Ini setidaknya yang menjadi alasan hingga ribuan orang ini berinisiatif datang ke Bandara dan menyambut Rusli.
Juru Bicara Khusus Gubernur Gorontalo, Novalliansyah Abdussamad menjelaskan, Gubernur Rusli Habibie berterima kasih kepada rakyat Gorontalo yang terus mendoakan dan mendukung program dan kebijakan selama ini.
“Gubernur masih akan konsisten dan terus menjalankan program-program kerakyatan demi Gorontalo yang unggul, maju dan sejahtera,” kata Noval.
Noval mengatakan, penyematan gelar yang diberikan rakyat seperti pejuang, panglima dan pelindung kepada Gubernur Gorontalo itu, bukanlah sesuatu yang dikejar.
Apa yang telah dan akan dilakukan Gubernur Rusli Habibie, adalah untuk kepentingan publik, bukan untuk mendapatkan gelar apapun dari rakyat Gorontalo.
“Memperjuangkan kepentingan banyak orang, menjadi tanggungjawabnya. Itu semua didedikasikan Gubernur untuk rakyat dan daerah yang dicintainya,” kata Noval.***
Respon Publik Soal Kepastian Status Tenaga Honorer
Respon publik soal kepastian status tenaga honorer usai Rusli menemui dua Menteri ini, juga disambut positif para natizen.
Seperti akun facebook bernama om bob, sebagaimana dilansir Hulondalo.id. Sambil memposting foto Rusli Habibie, dirinya mengatakan apa yang dilakukan Gubernur Gorontalo itu membuat dapur ribuan orang mengepul kembali, dan anak anak mereka masih bisa lanjut sekolah.
“Ribuan dapur ngana kase ba asap ulang uwtie, ribuan orang ngana beking kembali tersenyum bersemangat menjalani hidup, ada ribuan anak anak yang bisa kembali terjamin pendidikan dan masa depannya. Demi Allah, kita mo basaksi akan di akhirat ngana orang bae pak gub. Terima kasih pak gubernur semoga selalu sehat dan senantiasa dilindungi Allah SWT. Aamiin,” ujar Om Bob dalam status facebooknya.
Postingan itupun viral. Ratusan komentar dari beberapa orang yang diduga pegawai honorer ikut mendukung status itu, dan mendoakan hal serupa. Tak cuma akun Om Bob, sejumlah akun lainnya ikut menyuarakan yang sama.
“Pada waktu maju sebagai calon bupati Gorut (Gorontalo Utara), saya termasuk orang yang bersebrangan dengan beliau. Seiring waktu berjalan beliau (Rusli Habibie) jadi bupati, yang pertama diakomodir adalah kita kita yang bersebrangan. Disitulah saya terharu bangga ternyata beliau punya hati mulia sekali, saya salut. Dan sekarang dengan terobosan beliau tenaga honorer (gaji) setara UMP maka kami lebih yakin dengan motonya RH for Rakyat Hulondalo. Sehat selalu pak Gub, doa kami menyertaimu” ujar akun facebok bernama Syahrudin Buna.
Kendati begitu, sepertinya tidak semua senang dengan apa yang dilakukan Gubernur Gorontalo Rusli Habibie. Ada yang nyinyir, bahkan ada yang mencibir julukan Panglima Honorer untuk Gubernur.
Postingan nyinyir itu berbalas pantun dengan akun lainnya, yang kemudian mempertanyakan sudah apa yang dibuat si pemilik akun untuk Gorontalo. Tapi Fanly Katili salah seorang tokoh pemuda punya jawaban untuk para politisi nyinyir itu.
Menurutnya, soal keberadaan honorer hingga pengangkatan mereka menjadi pegawai tetap, harus dipahami secara utuh regulasinya, jadi tidak parsial. Andaikan pengangkatan itu menjadi kewenangan daerah, maka itu adalah solusi tepat.
Tapi regulasi tidak seperti itu. Pengangkatan PTT ada di tangan pemerintah pusat. Nah, alangkah baiknya para politisi yang nyinyir itu lewat wakilnya di senayan, bisa membantu mendorong pengangkatan PTT di Gorontalo.
“Marilah kita memberikan apresiasi yang baik terhadap perjuangan pemerintah Provinsi Gorontalo saat ini, tanpa melihat perbedaan politik. Setidaknya bukan hanya karena Gubernur Rusli Habibie nya, tapi karena senyuman dari ribuan honorer,” ujar Fanly.(fp/habari.id.hl/id)