Pengkritik Beras yang Minim Literasi Informasi

oleh
oleh
Pemprov, Ekonomi Lokal, Kabgor.
Beberapa bulan lalu secara tegas Gubernur Rusli Habibie telah menyampaikan bahwa ia tidak menginginkan beras impor masuk ke Gorontalo karena dapat merusak pasaran beras lokal.

HABARI.ID I Menjadi pengkritik haruslah melek informasi. Literasi informasinya harus kuat. Tak cukup jika hanya mengandalkan kesanggupan berbicara dan berargumentasi, tanpa ditopang fakta.

Baru-baru ini memang ada yang mengkritik soal sikap pemerintah provinsi Gorontalo yang dianggap tidak tegas dalam mengantisipasi masuknya beras dari luar daerah ke Gorontalo.

banner 468x60

Dari pendapat yang dangkal itu, yang tak mempertimbangkan informasi lainnya sebagai sebuah fakta, si pengkritik lalu lekas-lekas menyimpulkan bahwa pemerintah tak berpihak pada kepentingan petani lokal.

“Orang yang mengkritik itu, jelas minim kemampuan literasi informasinya. Padahal beberapa bulan lalu secara tegas Gubernur Rusli Habibie telah menyampaikan …,”

“Bahwa ia tidak menginginkan beras impor masuk ke Gorontalo. Publik dibuat bingung lagi dengan kritik itu, Padahal Gubernur sudah memperlihatkan keberpihakannya pada kepentingan petani lokal,” ketus Juru Bicara Gubernur Gorontalo, Noval Abdussamad, Selasa (24/08/2021).

Melalui Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, Surat Ke kementerian Pertanian dan Perdagangan telah dikeluarkan menindaklanjuti perintah Gubernur Rusli Habibie diawal bulan Maret 2021.

Saat itu Gubernur Rusli benar-benar ingin memaksimalkan hasil panen petani lokal dari serbuan beras luar (terutama impor).

banner 468x60
Gubernur Bela Kepentingan Petani Lokal

Gubernur Rusli berharap serapan beras pemerintah melalui Badan Urusan Logistik (Bulog) yang berasal dari petani lokal, bisa dimaksimalkan dan dipasarkan merata.

“Kalau pun impor beras itu jadi, kita bermohon tidak dikirim ke Gorontalo. Pasti itu akan sangat memukul petani. Berasnya sudah susah dijual, impor masuk ini akan sangat merugikan,” ungkap Noval mengutip apa yang disampaikan Gubernur Rusli Habibie.

Kritik yang disampaikan seorang anggota Legislatif tingkat II itu, menurut Noval, tidak tepat. Sebelum orang itu memberi kritik, pemerintah provinsi Gorontalo sudah mengambil tindakan nyata demi kesejahteraan petani lokal.

Hal yang sama, kata Noval, juga telah disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, Mulyadi D Mario yang menjelaskan bahwa rata-rata konsumsi beras Gorontalo mencapai 10 Ribu hingga 11 Ribu Ton per bulan.

Sebagaimana penjelasan Kadis Pertanian Provinsi Gorontalo, kondisi stok beras di Gorontalo cukup hingga akhir tahun dengan luas panen setiap tahunnya mencapai 70.000 Hektar.

Bulog Gorontalo juga diminta lebih aktif menyerap beras petani lokal daripada membeli beras luar daerah, apalagi beras impor.

“Barangkali dia minim informasi. Jadi apa yang disampaikan out of date alias kadaluarsa,” ujarnya.(fp/habari.id)

Baca berita kami lainnya di


banner 468x60

Tinggalkan Balasan