Mendengar kabar berpulangnya Bapak Presiden RI ke-3, Prof. Dr. Ing. BJ. Habibie, saya sontak kaget. Seakan tak percaya. Saya tak sadar, air mata menetes tanpa bisa saya tahan.
Air mata yang menetes adalah air mata keharuan. Air mata saya untuk Almarhum BJ Habibie adalah juga air mata warga Gorontalo yang bangga dengan sosok pemimpin bangsa dan juga teladan keluarga.
Sebagai warga Gorontalo saya sangat bangga memiliki tokoh nasional seperti Almarhum. Almarhum adalah ciri keteladanan, kecerdasan, kesantunan, dan kewibawaan.
Dari kepribadian itu, saya merasakan betul bahwa Almarhum benar-benar menjalankan “tahuli lo mongo panggola lo Hulondalo” (pesan-pesan leluhur Gorontalo).
Dalam hal itu, Almarhum adalah mata air keteladanan bagi kita warga Gorontalo, Indonesia dan seluruh dunia pada pada umumnya.
Sekejap setelah menerima informasi berpulangnya Almarhum, saya teringat beberapa foto saya dengan Almarhum.
Saya tak menyangka jika pelukan saya dengan Almarhun BJ. Habibie adalah pelukan terakhir. Saya masih ingat kehangatan pelukannya. Pelukannya menentramkan jiwa dan raga saya.
Saya tahu persis, dalam raga Almarhum banyak kerja keras dan pengorbanan untuk bangsa ini, sejak puluhan tahun lalu. Dalam kenangan pada pelukan terakhir itu, saya merapal doa, mengirimkan Al Fatehah untuk Almarhum.
Dalam pelukan yang penuh kehangatan itu, saya teringat pesan mendalam Almarhum BJ. Habibie untuk saya ;
“Marten, engkau diberi amanah menjadi Walikota Gorontalo, memimpin rakyat Kota Gorontalo. Pimpinlah mereka dengan hati yang lapang, dengan pikiran yang sejuk, dengan pribadi yang berwibawa. Insya Allah semua upayamu untuk membawa kemajuan bagi Kota Gorontalo akan diridhoi Allah SWT”.
Dalam kerinduan yang tak berbatas ini, izinkan saya menghimbau kepada seluruh rakyat Kota Gorontalo agar melaksanakan sholat Ghaib dan mendoakan Almarhum.
Kita doakan agar beliau khusnul khotimah, diterima semua amal beliau semasa hidup dan diampuni seluruh dosa-dosa beliau.***