HABARI.ID, JAKARTA – Sudah saatnya daerah membuka ruang yang selebar-lebarnya bagi investasi pengembangan komoditas unggulan. Upaya ini sudah dilakukan Bupati Gorontalo, Nelson Pomalingo. Di banyak tempat, di forum-forum investasi, Nelson memperkenalkan kelapa sebagai komoditas unggulan di kabupaten Gorontalo.
Dan hasilnya, beberapa korporasi yang berinvestasi di sektor pertanian dan perkebunan, mulai melirik potensi kelapa kabupaten Gorontalo. Nelson punya konsep yang sederhana tentang bagaimana membaca peluang pengembangan komoditas unggulan daerah.
Menurutnya, sebagai negara agraris, Indonesia kaya akan berbagai komoditas pertanian, dan setiap daerah memilik potensi masing-masing. Di Provinsi Gorontalo, khususnya di Kabupaten Gorontalo, kelapa menjadi komoditas unggulan.
Demi pengembangan potensi tersebut, Bupati Gorontalo yang juga merupakan ketua Koalisi Kabupaten Penghasil Kelapa (KOPEK) Indonesia, Nelson Pomalingo, menggandeng PT. Unilever Indonesia sebagai mitra dalam meningkatkan produktivitas kelapa Gorontalo.
“Kelapa Genjah, merupakan komoditas yang potensial untuk dikembangkan serta diberdayakan. Melalui kerja sama ini, diharapkan tidak hanya pengembangan potensi daerah yang semakin meningkat, tetapi juga bisa mensejaherakan masyarakat,” ungkap Nelson, pada kegiatan diskusi yang diselenggarakan KOPEK Indonesia, Jumat (2/8/2019), di Hotel Acasia Jakarta.
Pada acara tersebut, pemerintah kabupaten Gorontalo, PT.Unilever Indonesia, Tropical Landscapes Finance Facility (TLFF), dan Daemeter menandatangani nota kesepahaman Proyek Investasi Hijau Gula Kelapa dan Aren.
Poyek ini, menurut Nelson, sangat bermanfaat khususnya bagi para petani kelapa yang selama ini mungkin sangat kesulitan dalam hal pendistribusian.
”Produk Bango dari Unilever dikenal menggunakan gula kelapa sebagai salah satu bahan bakunya. Sehingga, hasil akhir yang diharapkan adalah para kelompok tani penghasil gula kelapa dan gula aren Gorontalo, mampu menjadi pemasok bahan baku yang berkelanjutan.
Hasil diskusi ini akan disampaikan langsung kepada presiden RI untuk lebih memperhatikan petani kelapa, sehingga dapat mensejahterakan masyarakat indonesia,” terang Nelson.
Menurut data yang dikeluarkan Asian and Pacific Coconut Community (APCC), India berhasil menyusul Indonesia sebagai penghasil kelapa terbanyak di dunia pada tahun 2012 dengan 21,9 miliar butir kelapa, sementara Indonesia pada tahun yang sama baru memproduksi 16,3 miliar butir.
Terlebih lagi, terkait nilai perdagangan produk turunan kelapa, Indonesia cukup tertinggal jika dibandingkan dengan negara dalam satu kawasan.
Director of Governance and Corporate Affairs PT. Unilever Indonesia, Sancoyo Antarikso, menyambut baik kesepakatan ini.
Dirinya menyampaikan bahwa PT. Unilever Indonesia sebagai salah satu perusahaan yang memanfaatkan produk turunan kelapa dalam proses produksinya, memandang pentingnya kesempatan bagi pemerintah serta sektor swasta untuk berkolaborasi.
“Upaya kolaborasi ini sejalan dengan target Unilever dalam menggunakan pasokan bahan baku yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Selain itu, melalui program ini kami juga memliki kesempatan untuk bisa membantu meningkatkan penghidupan para petani yang ada didalam mata rantai nilai kami, kedua hal tersebut sejalan dengan prinsip Unilever Sustainable Living Plan (USLP),” ungkap Sancoyo.
Proyek Investasi Hijau Gula Kelapa dan Aren bertujuan untuk meningkatkan produksi gula berskala industri dengan mengaitkan proteksi dan restorasi lahan serta peningkatan kesejahteraan petani. Terdapat tiga hal yang melandasi konsep proyek ini, yaitu: Lingkungan, Sosial dan Ekonomi.
Dalam bidang sosial, beberapa hal yang akan dilakukan diantaranya adalah melakukan transfer ilmu praktek pertanian yang baik, mendukung institusionalisasi petani serta memperluas kerjasama dengan petani aren dan kelapa untuk mendukung rantai pasok berkelanjutan.(FBD/Habari.id)