Jangan Anggap Remeh, Bahaya Tuberkulosis Mirip COVID-19

oleh
Dokter spesialis paru, dr. Mohammad Zukri Antuke
Dokter spesialis paru, dr. Mohammad Zukri Antuke
banner 468x60

HABARI.ID, GORONTALO I Penyakit Tuberkulosis tidak boleh dianggap remeh. Bahaya yang ditimbulkan dari penyakit yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberkulosis ini, mirip COVID-19. Penularannya bisa melalui percikan dahak ketika pasien batuk atau bersin.

Berdasarkan data dari Tim Surveilans Kemenkes RI, Angka Beban TB yang telah dihitung mencapai hingga 4306 estimasi insiden TB.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo pertanggal 15 Oktober 2021, kasus Tuberkulosis yang ditemukan di Gorontalo sudah mencapai 1643 kasus atau 38% dari data tim surveilans.

Ini menjadi sebuah ancaman yang sangat berbahaya bagi masyarakat. Memang, bakteri Mycobacterium tuberculosis tidak akan tertular melalui kontak fisik dan tidak akan menempel pada benda-benda mati.

Namun bakteri ini akan tertular melalui udara ketika seseorang menghirup udara yang terkontaminasi atau melalui kontak dekat yang berlangsung lama atau rutin dengan penderita TB.

Terlebih lagi jika di lingkungan terdapat pengidap Tuberkulosis yang belum menjalani pengobatan. Bakteri ini akan berkembang di lingkungan sekitarnya melalui udara yang terdapat liur (microdroplets) berukuran kurang dari 10 micrometer yang bisa bertahan di udara yang tidak bersirkulasi.

Lebih dari itu, Tuberkulosis tidak hanya menyerang bagian paru-paru saja. Jika tidak segera dilakukan pengobatan, bakteri penyebab Tuberculosis akan berkembang biak di paru-paru dan merusak sel.

Dan seiring berjalannya waktu akan berkembang melalui darah atau saluran limfatik lantas menginfeksi organ dan bagian tubuh lain. Kondisi ini dikenal dengan TB ekstra paru.

Menurut Dokter spesialis paru, dr. Mohammad Zukri Antuke, Sp.P, umumnya, Jenis TB ekstra paru yang terjadi adalah TB tulang, TB kelenjar getah bening, dan TB usus. Selain itu, TBC juga bisa menyerang jantung, sistem saraf, dan organ lainnya.

“Untuk pengobatannya pun berbeda-beda. Kalau misalnya di paru-paru, biasanya 6 bulan. Karena diharapkan pembuluh darahnya yang banyak, maka di paru-paru cepat sembuh…,”

“Sementara kalau di organ tubuh yang lain aliran darahnya kurang sehingga pengobatannya agak sulit sembuh. dan mencapai 9 bulan lamanya,” jelasnya.

Untuk itu, dirinya mengimbau kepada masyarakat jika mengalami gejala-gejala seperti Batuk, demam, sesak nafas, batuk darah diharapkan untuk segera melakukan pemeriksaan.

“Bakteri ini sangat erat kaitannya dengan imunitas, terlebih lagi pada usia anak-anak yang daya tahan tubuhnya belum sempurna. Sementara untuk Lansia, daya tahan tubuhnya sudah mulai melemah,” lanjutnya lagi.

Selain anak-anak dan Lansia, TB juga sangat rentan terhadap pasien pengidap penyakit kronis. Seperti pengidap kencing manis, hipertensi, asma.

“Saya mengimbau kepada masyarakat untuk tidak malu dalam melakukan pemeriksaan. TB bukan merupakan aib yang harus disembunyikan. Namun TB merupakan penyakit dan jalan keluarnya harus segera disembuhkan,” tutupnya. (Dyt/Habari.id)

Baca berita kami lainnya di

Tinggalkan Balasan