Tradisi Ketuk Sahur Pertanda Dimulainya Ramadhan, Kembali Digelar

oleh
banner 468x60

HABARI.ID, DEPROV | Tradisi ketuk sahur menjadi pertanda awal dimulainya bulan ramadhan bagi masyarakat di Kota Gorontalo. Kebiasaan membangunkan sahur dengan memukul kentongan bambu itu serta alat seadanya sudah menjadi budaya warga Gorontalo, khususnya di Kecamatan Hulonthalangi.

Anggota DPRD Provinsi Gorontalo yang juga penanggung jawab Koko’o Fikram Salilama menjelaskan bahwa kegiatan ketuk sahur sudah turun temurun di awal santap sahur perdana. Iring-iringan konvoi koko’o itu ramai dipadati remaja maupun orang dewasa dengan mengelilingi Lapangan Taruna Remaja hingga berakhir di Kecamatan Hulonthalangi, Kota Gorontalo.

“Bahkan di era pak Adhan Dambea menjabat sebagai Wali Kota Gorontalo, saya bikin arak-arakan ketuk sahur ini mengelilingi Jalan Prof. Jhon Aryo Katili (eks jalan Andalas). Tapi setelah saya pertimbangkan, resikonya terlalu tinggi sehingga saya arahkan di seputaran rumah dinas jabatan Gubernur Gorontalo saja,” ungkap Fikram.

Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Provinsi Gorontalo itu mengatakan jika kontribusi warga dalam memeriahkan ketuk sahur memang sangat luar biasa, mulai dari membuat kentongan bambu, menyediakan mobil besar lengkap dengan sound sistem untuk mengitari areal sebagian Kecamatan Hulonthalangi.

“Bukan persoalan berapa biayanya, tapi koko’o sudah membudaya dan tradisi warga sehingga perlu kita dukung terus. Kegiatan ini memiliki tujuan positif, saya tidak mau masyarakat melakukan hal-hal negatif yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain, contohnya balap liar,” jelas Fikram.

Pawai keliling itu memang sangat ramai, bukan hanya warga beragama muslim saja yang memeriahkan koko’o. Menurut Fikram, tak sedikit non muslim pun meramaikan ketuk sahur sebagai bentuk solidaritas, toleransi dan saling menghargai antar umat beragama di Gorontalo.

“Toleransi itu yang harus kita jaga dan pererat hubungan ini. Agama lain kita harus hargai karena saudara-saudara kita yang non muslim sangat menghargai kita, saya tidak ingin hal-hal yang terjadi di luar daerah terjadi di Gorontalo, karena toleransi antar umat beragama sangat dijunjung tinggi di Gorontalo,” ucap Fikram.

Meski begitu, kegiatan yang sudah digalakkan tahun 1999 silam itu harus berkesinambungan lantaran sangat berdampak positif bagi warga Kota Gorontalo, khusunya remaja. Olehnya ia berharap walaupun kegiatan ketuk sahur sudah menjalar ke Kecamatan lain di Gorontalo tidak mengganggu umat non muslim di daerah.

“Masyarakat Gorontalo tidak 100 persen beragama muslim. Olehnya kita harus saling menghargai saudara kita yang non muslim. Jangan sampai kegiatan ketuk sahur bisa mengganggu saudara kita non muslim di Gorontalo, dengan begitu, selepas kegiatan ketuk sahur semua harus bubar dan jangan ada balapan liar,” tandasnya. (dik/habari.id)

Baca berita kami lainnya di