HABARI.ID – Dewan Adat Gorontalo akan mengambil langkah serius terkait penggunaan pakaian adat Bili’u yang dinilai tak pantas dan melecehkan adat.
Menurut Ketua Dewan Adat Gorontalo, Karim Pateda, pakaian adat yang ditampilkan di ajang pemilihan putra putri kebudayaan Indonesia itu, telah menyimpang dan bertentangan dengan nilai dan falsafah adat Gorontalo.
“Itu jelas bertentangan dengan tatanan adat kita. Pakaian itu harus ada bawahannya yang menutup aurat. Ditampilkan dengan model seperti itu, tidaklah pantas dan bertentangan dengan falsafah kita; adat bersendikan sara’, sara bersendikan Al Qur’an,” kata Karim Pateda saat ditemui usai gelar Festival Adat Gorontalo di desa Bongo, Sabtu (24/08/2019).
Foto yang berseliweran di jagat maya itu, kata Karim Pateda, dihasilkan oleh orang yang tidak begitu paham dengan nilai-nilai filosofi pakaian adat Gorontalo yang menjadi bagian dari kearifan lokal.
“Mungkin mereka tidak mengenal dan tidak tahu soal adat Gorontalo. Saya sudah mengecek, model yang tampil mengenakan pakaian itu, juga tidak (tinggal) di sini.
Dan kabarnya mereka juga sudah meminta maaf. Meski begitu, tetap saja gambar itu bisa dilihat dan bisa ditafsirkan lain oleh anak-anak generasi berikutnya,” kata Karim.
Permintaan maaf tersebut, tegas Karim, tidaklah cukup, jika tidak disampaikan di hadapan para pemangku adat.
“Mereka harus menyampaikan itu di majelis adat yang dihadiri para ketua-ketua adat dari Duluwo Limo Lo Pohala’a. Para pemangku adat akan mendengar argumentasi mereka dan menanggapinya dalam pertemuan itu,” katanya.
Karim juga menanggapi sikap pemerintah provinsi Gorontalo yang bakal segera menyurati penyelenggara event tersebut.
“Dewan Adat tetap akan menunggu kabar tentang surat yang akan dilayangkan Pemprov itu. Tapi yang jelas, mereka yang terindikasi melecehkan adat Gorontalo harus memberi penjelasan di hadapan pemangku adat,” kata Karim Pateda.(fp/habari.id)