Paslon Nomor 2, SATRIO, Ajak Pendukungnya Tetap Santun, Berpikir Positif dan Kreatif

oleh
Paslon Nomo 02, SATRIO saat bersama tim dan pendukungnya saat kampanye.[foto_istimewa]
banner 468x60

HABARI.ID, KOTA BLITAR I Panggung politik Pilkada masih saja diwarnai narasi-narasi negatif dan kampanye-kampanye hitam. Menurut paslon nomor urut 02, Santoso-Tjutjuk Sunario (SATRIO), fenomena politik yang masih menghadirkan pertarungan yang tidak sehat, lawan politik masih menggunakan cara-cara lama.

Mulai dari mengungkap hal-hal yang menjurus pada sesuatu yang tidak substantif dan berupaya menjatuhkan kredibilitas, hingga memainkan isu politik identitas.

“Narasi negatif masih menghiasi ruang publik. Ini fenomena yang muncul. Sekali lagi kami paslon nomor 02, SATRIO, pasca debat pertama yang diselenggarakan KPU dua hari kemarin, kami bersama partai pengusung dan relawan setia kami, akan terus melakukan kampanye yang santun, positif, inovatif dan kreatif,” kata Santoso.

Calon Wali Kota, Santoso saat kampanye.[doto_istimewa]
Kampanye dialogis yang digelar di Jl. Kali Branstas, Jum’at (23/10/2020), secara kebetulan berdekatan dengan kawasan pariwisata Waterpark Sumber Udel, tempat wisata yang menjadi salah satu aset kota Blitar.

Santoso mengatakan bahwa perkembangan dan kondisi persaingan dunia bisnis pariwisata telah menjadi semakin cepat, semakin komplek, semakin kompetitif dan untuk memprediksi arah kedepan menjadi semakin sulit.

“Beragam tantangan di bisnis pariwisata, membuat pemimpin perusahaan harus membuat keputusan yang tepat, dan respon dengan cepat setiap peluang bisnis. “Pelanggan dan stakeholder lainnya memiliki peranan kunci untuk tetap dapat bertahan didunia bisnis pariwisata,” kata Santoso.

Didukung masyarakat yang sadar wisata, kampanye pariwisata juga harus lebih agresif dengan menghadirkan segmentasi khusus, seperti wisata halal, religi, dan hobi.

“Wisata hobi bisa berupa wisata laut, olahraga dan juga berenang. Sejauh ini anggaran untuk operasional lebih besar dari promosi. Kita tentu tidak membuat kegiatan pariwisata hanya untuk ditonton sendiri. Alokasi biaya harus 50:50, antara operasional dan promosi …,”

“Orang luar harus tahu tentang daerah wisata kita dan apa yang ada di dalamnya. Dan ini butuh strategi komunikasi yang terintegrasi baik konvensional maupun digital,” ungkap Santoso.(tos/habari.id)

Baca berita kami lainnya di

Tinggalkan Balasan