Menyingkapi Makna Budaya dalam Organisasi Kemahasiswaan yang Ada di Gorontalo

oleh
budaya
Diskusi mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan UNG.
banner 468x60

HABARI.ID, KAMPUS I Indonesia memiliki kearifan lokal dalam berbagai wujud kebudayaan yang beragam, Njatrijani (2023) menjelaskan bahwa kearifan lokal ialah cara pandang dan pengetahuan masyarakat terkait upaya memenuhi keperluan hidup. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat tentu tidak terlepas dan akan berhubungan dengan budaya yang ada disekitarnya. Baik dalam ruang lingkup yang kecil seperti keluarga hingga ruang lingkup yang luas seperti dalam pendidikan maupun organisasi, ikatan dengan budaya pasti ada.

Oleh: Anisa Rafanda Karim, Nur Indah Kalsum, Najwa Silvanda Datau, Imelda Roza Antoni1, Aprilla Rahmawati Ibrahim, Mohamad Fharel Hunawa1, Irvan Usman. (Mahasiswa Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo).

Budaya dapat mengikat suatu kelompok masyarakat sehingga memiliki satu pandangan yang kemudian akan membentuk perilaku yang beragam serta membentuk bagaimana individu bertindak. Selain dalam ruang lingkup masyarakat, budaya juga berperan dalam industri dan organisasi. Dalam organisasi terdapat budaya organisasi, menurut Mujiasih dan Ratnaningsih budaya organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkam oleh organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu sendiri (Habudin, 2020).

Budaya organisasi mengacu pada sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya. Budaya organisasi tidak dapat dilihat oleh mata, tapi bisa dirasakan melalui perilaku para anggota atau cara berpikir, merasa, menanggapi dan menuntut para anggota organisasi dalam mengambil keputusan ataupun dalam kegiatan lainnya. Sehingga dalam artikel ini, penulis mencoba melihat dan mencari tahu bagaimana budaya organisasi yang ada di Gorontalo.

Berdasarkan hasil wawancara, identitas organisasi kemahasiswaan kebanyakan di Gorontalo mendasari nilai-nilai budaya di Gorontalo, “Nilai budaya yang kita tanamkan sesuai dengan budaya yang saat ini ditanamkan di Gorontalo. Terdapat 4 aspek yang kita gunakan, dimana ada “momongo” artinya membangun, “mohuyula” artinya gotong royong, “pohala’a” artinya kekeluargaan, dan “mopolamahu” artinya memperindah. Ketiga aspek ini yang kami gunakan sebagaimana untuk kebaikan organisasi.” Identitas yang paling melekat di Gorontalo yaitu kekeluargaannya, kita semua bersaudara.

Selain itu pendidikan juga merupakan budaya yang penting dan diterapkan untuk mendidik jika terdapat anggota organisasi yang dianggap mulai melenceng dari nilai-nilai atau norma-normal yang sudah diterapkan dalam organisasi tersebut. Karena, pendidikan juga merupakan hal yang dilakukan oleh mahasiswa. Orang-orang yang ada didalamnya pun memegang teguh budaya organisasi. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdapat berbagai macam agama, suku, ras yang berbeda-beda, namun hal itu tidak menjadi hambatan dalam menerapkan budaya organisasi tersebut.

Karena, orang-orang yang didalamnya pun mempunyai etika dan tahu bagaimana menempatkan diri. Hambatan dalam menerapkan budaya organisasi kepada yang bukan warga lokal tetap ada, namun bukan menjadi hal serius sehingga menyebabkan perpecahan organisasi tersebut, malah menjadi pembelajaran kepada banyak orang tentang budaya nusantara.

Salah satu hambatan yang sering terjadi adalah dalam komunikasi yaitu, bahasa. Bukan hanya warga lokal Gorontalo saja yang ada di dalamnya, namun organisasi-organisasi ini memiliki anggota yang berasal dari luar wilayah Gorontalo bahkan dari luar Indonesia.

Perbedaan bahasa adalah salah satu penghambat yang sering muncul, tetapi karena dengan adanya budaya yang mengajarkan mereka untuk tetap mengembangkan diri sehingga lama-kelamaan mereka dapat beradaptasi dengan baik.

Dalam organisasi, yang namanya konflik tidak dapat dihindari. Namun, berkat adanya suatu budaya organisasi maka konflik tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Contoh konflik yang sering terjadi yaitu permasalahan perbedaan pendapat antar anggota.

Salah satunya adalah penetapan waktu pendidikan dasar atau perekrutan anggota yang seharusnya dilaksanakan pada waktu yang memang sudah ditentukan sebelumnya. Namun karena adanya beberapa kendala dan menyebabkan munculnya perbedaan pendapat, akhirnya dilakukan musyawarah sehingga pada akhirnya mencapai hasil yang disepakati secara bersama.

Musyawarah adalah salah satu penyelesaian yang sering dilakukan dalam organisasi, karena budaya organisasi yang ada di Gorontalo memegang teguh nilai kekeluargaan. Dalam penyelesaian suatu konflik, peran pemimpin menjadi peran yang penting.

Namun tidak hanya itu, pemimpin juga menjadi pondasi suatu organisasi dalam membentuk budayanya sendiri. Berdasarkan hasil wawancara dari orang-orang yang berada di organisasi di Gorontalo, para pemimpin organisasi lebih condong pada gaya kepemimpinan demokratis yaitu selalu menerima saran yang diberikan oleh anggotanya kemudian untuk pemecahan masalah, musyawarah adalah jalan utama yang sudah menjadi tradisi sejak berdirinya organisasi-organisasi tersebut.

Mereka juga berharap dapat terus mengembangkan budaya Gorontalo kedalam organisasi yang ada di Gorontalo. Berbicara budaya apalagi organisasi, tentu juga tidak jauh dari dampak budaya organisasi tersebut. Banyak dampak positif yang didapatkan dari budaya organisasi yang kami telusuri di Gorontalo, salah satunya adalah perilaku sosial.

Bagaimana orang-orang tersebut saling peduli dan membantu ketika salah satu bagian dari organisasi mendapat musibah, gotong royong dalam membantu, kekeluargaan yang luar biasa, serta terus memperindah dan menjaga alam yang ada di Gorontalo. Selain itu, mereka juga mengatakan bahwa dengan adanya penerapan budaya organisasi, mereka mendapat banyak pengalaman baru serta belajar banyak dari budaya hingga dapat mengembangkan atau menambah kemampuan mereka.(*).

Baca berita kami lainnya di