HABARI.ID | Sebanyak 30 siswa di SMA Terpadu Wira Bhakti Gorontalo melarikan diri dari asrama sekolah. Aksi pelarian ini diduga dipicu oleh perundungan yang dilakukan oleh para senior mereka. Para siswa melarikan diri dengan cara memanjat pagar sekolah.
Kepala Sekolah SMA Terpadu Wira Bhakti Gorontalo Marwan Potale dalam pernyataannya menjelaskan bahwa hasil penyelidikan sementara dari pihak sekolah, menunjukkan tidak ada kasus pemukulan atau perundungan yang dilakukan oleh para senior kepada siswa yang kabur tersebut.
Ia menegaskan bahwa konsep senioritas di sekolah telah diubah menjadi pola asuh, sejalan dengan undang-undang perlindungan anak. Untuk memastikan kebenaran dari dugaan perundungan, pihak sekolah melakukan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) internal hingga larut malam.
Proses BAP dilakukan dengan pendampingan wali murid untuk memastikan siswa merasa nyaman dan tidak tertekan selama pemeriksaan. “Jika tidak didampingi orang tua, jangan sampai murid merasa tertekan. Dengan orang tua, murid akan merasa nyaman pada proses BAP. Hasil BAP tidak menunjukkan adanya kekerasan fisik terhadap satu pun murid,” jelas Marwan Potale saat diwawancarai di ruang kerjanya, Selasa (14/05/2004).
Meski demikian, SMA Terpadu Wira Bhakti Gorontalo masih akan mendalami lebih lanjut kasus dugaan perundungan ini hingga tuntas. Marwan Potale meyakini bahwa pekan depan pihak sekolah akan menyampaikan informasi yang lebih menyeluruh kepada para wali murid.
Belakangan, kasus ini menjadi perhatian serius di kalangan masyarakat dan orang tua murid bahkan sampai ke Komisi IV DPRD Provinsi Gorontalo mengingat pentingnya lingkungan sekolah yang aman dan bebas dari kekerasan.
Sekretaris Komisi IV Deprov Gorontalo Espin Tulie menyampaikan, berdasarkan hasil pertemuan antara legislatif dan SMA Terpadu Wira Bhakti itu beberapa informasi yang beredar soal perundungan maupun pemukulan juga tidak benar.
Akan tetapi, Politsi PDI Perjuangan itu meminta pihak sekolah untuk merubah pola asuh sesuai perkembangan zaman. “Anak-anak ini generasi Z yang lahir sudah ada gadjet maupun media sosial dan di sekolah masih di batasi. Untuk itu cara ini harus di revisi tanpa meninggalkan branding sekolah ini mendidik siswa menjadi disiplin,” jelas Espin.
Espin memyarankan agar pihak SMA Terpadu Wira Bhakti Gorontalo harus secepatnya mendalami lebih lanjut kasus dugaan perundungan ini hingga tuntas dan menyanpaikan hasilnya agar masyarakat bisa menerima informasi yang utuh dan valid. (dik/habari.id)