HABARI.ID | Pukul 10 baru saja lewat beberapa menit. Langit di pagi menjelang siang yang masih dihias awan kelabu, sekumpulan orang terlihat sibuk di sebuah areal tumpukan besi tua. Tepat di hari Indonesia merdeka, 17 Agustus, sekelompok buruh dan pekerja di lokasi tumpukan besi tua, turut sibuk menyiapkan upacara Bendera.
Sekalipun di lokasi tumpukan besi tua, upacara Bendera tetap harus berlangsung khidmat. Merah Putih harus berkibar dengan gagah di lokasi ini. Dan itu sudah menjadi tekad mereka.
Sebagian di antara puluhan orang itu sudah baris berbanjar. Ada pula tiga orang yang berdiri sejajar. Mereka mendapat ‘tugas khusus’, mengibarkan bendera Merah Putih.
Sementara sosok berstelan krem lengkap dengan peci hitam, berdiri membusung dada, tampil paling menonjol di tengah tanah lapang yang di sekelilingnya banyak tumpukan besi tua yang menggunung. Ramang Karim namanya, sang pemilik tempat usaha besi tua.
“Kepada sang Saka Merah Putih …., Hormaaaaaat! Graaak!,” teriak lantang Komandan Upacara dari atas tumpukan besi, diikuti gerakan hormat seluruh peserta Upacara yang sebagian besarnya adalah buruh dan pemulung besi tua. Begitulah suasana Gladi Resik persiapan upacara Bendera peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-77, Rabu (17/08/2022)
Tampil dengan karakternya masing-masing, lengkap dengan peralatan dan atribut seadanya, pemilik usaha dan pekerja besi tua di Kelurahan Dembe I, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo ini menggelar upacara pengibaran Bendera. Upacara berlangsung khidmat diiringi hormat Bendera dan nyanyian Indonesia Raya kumandang.
Ramang Karim mengatakan alasan mengapa upacara 17 Agustus digelar di halaman gudang besi tua itu. Menurutnya, meski hanya berlangsung sedehana puluhan pekerjanya bisa memahami dan menghargai jasa para pahlawan yang telah mengorbankan nyawa demi Kemerdekaan Republik Indonesia.
“Ada sekitar 60 orang pekerja yang mengikuti upacara ini, ada juga warga di seputaran gudang besi tua. Sedangkan perlengkapannya, baik berupa tiang bendera dari dua batang besi yang kami sambung sudah dipersiapkan sejak bebebrapa hari lalu,” jelas Ramang Karim.
Pelaksanaan upacara bendera dengan cara unik itu bukan kali pertama ia laksanakan bersama pegawainya. Ia mengakui bahkan sejak empat tahun terakhir gudang besi tua miliknya itu sudah menjadi langganan untuk pengibaran sang saka merah putih. Bahkan beberapa pekerja sengaja menyediakan perisai dari rantai besi dan senjata layaknya peralatan untuk berperang melawan penjajah.
“Semua peralatan, atribut maupun tiang bendera ini kami rancang dari besi tua. Walaupun suasananya sangat sederhana akan tetapi saya merasa terharu dengan semangat pekerja dalam melaksanakan upacara pengibaran bendera Merah Putih ini,” ungkap pria yang sudah 10 tahun berprofesi sebagai pengusaha besi tua itu.
Banyak warga Kelurahan Dembe I yang mengikuti prosesi setahun sekali itu, bahkan beberapa juga ada ya g mengabadikan momen tak biasa tersebut untuk bersua foto menggunakan latar barisan peserta upacara di atas tumpukan besi tua. Usai megikuti upacara, seluruh pekerja langsung kembali bergegas melanjutkan pemerjaannya. (dik/habari.id)