HABARI.ID, TRENGGALEK I Dilem Wilis, salah satu agrowisata yang kini menjadi destinasi wisata baru di kabupaten Trenggalek. Keberadaannya memang belum memberi dampak positif terhadap warga sekitar, terlebih di tengah pandemi.
Padahal, ada banyak peluang yang bisa meningkatkan kesejahteraan warga sekitar, semisal bidang kuliner maupun wisata edukasi.
“Saat ini agrowisata Dilem Wilis sudah cukup populer, baik masyarakat Trenggalek maupun masyarakat luar kota,” ungkap Kepala Desa Dompyong, kecamatan Bendungan Lamiran kepada habari.id, Kamis (7/1/2021).
Menurut dia, agrowisata, Dilem Wilis memiliki luas sekitar 200 hektar. Di dalamnya ada pabrik kopi era Belanda serta kebun kopi yang cukup luas.
Selain itu, kata Lamiran, “Ada juga kandang koloni untuk puluhan sapi perah. Di sana pengunjung yang datang bisa belajar cara mengelola sapi perah yang menghasilkan susu,” sambungnya.
Pengunjung yang hendak berwisata sambil ngopi di Dilem Wilis, belum kena biaya karcis tanda masuk maupun biaya parkir.
Tempat Ngopi Bernuansa Belanda
Bagi Anda para pecinta kopi, ada baiknya mencoba satu tempat ngopi di Trenggalek yang kental nuansa Belanda.
Tempat ngopi tersebut adalah di lokasi agrowisata Dilem Wilis. Konon, pabrik kopi di sana aktif di masa tahun 1929.
Nama agrowisata Dilem Wilis berasal dari nama pemilik tempat tersebut, yakni Meneer Van Dilem dan letak nya di Selingkar Wilis.
Pengunjung masih bisa merasakan sekelumit sisa aroma kopi masa lalu dari bangunan-bangunan tua yang masih kokoh berdiri. Juga bangunan gudang kopi yang tampak sudah terenovasi.
Saat ini, bangunan pabrik pengelolaan kopi di lokasi ini sudah tak utuh lagi. Tapi, pabrik tersebut masih berfungsi hingga saat ini.
Yang menarik, sistem pengoperasian pabrik itu menggunakan teknologi ramah lingkungan. Penggerak mesin menggunakan kincir tenaga air.
Mesin berfungsi untuk semua proses mulai dari pemilahan biji kopi. Struktur bangunannya juga terbilang kuat, beberapa sisi masih bisa dikenali fungsi dan bentuknya.
Konon, di zaman dulu, pabrik ini bisa memproduksi kopi hingga 5 ton sehari. Jumlah yang cukup fantastis untuk ukuran pabrik di zaman itu.(Sar/habari.id)