Angka Vaksinasi Siswa di Gorontalo Tembus 40 Persen

oleh
angka
Kadis Dikbudpora Provinsi Gorontalo, Wahyudin A. Katili saat diwawancarai awak media di Hotel Maqna Kota Gorontalo, Rabu (06/10/2021). (Foto : Habari.id/Dwi Manoppo).
banner 468x60

HABARI.ID I Angka vaksinasi di Provinsi Gorontalo khususnya kalangan siswa, mulai dari jenjang SMA sederajat, mencapai 40 persen. Begitu kata Kadis Dikbudpora Provinsi Gorontalo, Wahyudin A. Katili, Kamis (07/10/2021) di Maqna Hotel.

Ia jelaskan pelaksanaan vaksinasi terhadap siswa ini, sejalan dengan program PTM (Pembelajaram Tatap Muka).

“vaksinasi siswa naik sampai 34 persen yang awalnya 6 persen pada PTM tahap, Kini angka vaksinasi telah naik menjadi 40 persen,” ujarnya.

Selain itu kata Wahyudin, sebelum pembelajaran tatap muka diberlakukan, animo siswa untuk divaksin masih rendah.

Tercatat sebelum berlakunya PTM, angka vaksinasi pada siswa hanya 2 persen,  sejak keluarnya Surat Edaran tentang Vaksinasi Tahap III bagi Masyarakat Rentan, Masyarakat Umum, dan Anak Usia 12-17 tahun.

“Awalnya rendah sekali tetapi ini satu perubahan yang cukup signifikan, kita bisa mencermatinya sudah banyak siswa yang sudah ingin divaksinasi,” lugasnya.

Dari data Dinas Dikbudpora Provinsi Gorontalo masih ada sekitar 28 ribu lebih siswa SMA/SMK yang belum menerima vaksin dari total 48 ribu siswa.

Total ini tersebar di 1.608 sekolah (data BPS Provinsi Gorontalo) yang ada Kabupaten/Kota di Provinsi Gorontalo.

Di mana Wahyudin mengungkapkan, sejauh ini sekolah dengan tingkat vaksinasi tertinggi berada di Kota Gorontalo.

“Untuk sekarang yang paling tinggi vaksinasinya berada di Kota Gorontalo, yakni di SMA Negeri 3, SMA Negeri 1, dan juga SMK Negeri 1, semua berada di Kota Gorontalo,” jelasnya.

Wahyudin katakan lagi, syarat vaksinasi pada PTM tidak hanya berlaku pada siswa, tetapi juga bagi guru-guru.

“Untuk guru dan tenaga pendidikan kita, vaksinasi sudah mencapai angka di atas 80 persen,” jelasnya.

Wahyudin menambahkan, sistem pendidikan daring telah berdampak buruk pada prilaku dan mental para siswa.

Siswa menjadi kurang disiplin dan tidak bisa memanfaatkan waktu secara produktif.

“Urgensi dari pembelajaran tatap muka ini bukan pada penguatan pengetahuan, tetapi untuk pendidikan prilaku dan mental mereka, itu yang utama ..,”

“hari ini banyak yang sudah tidak biasa bangun pagi, banyak yang tidak biasa mandi pagi, ini buruk bagi kedisiplinan dan kesehatan mereka” tegas Wahyudin.

Wahyudin berharap dengan peningkatan vaksinasi pada siswa bisa memberikan angin segar untuk sistem pendidikan di tengah pandemi.

“Pendidikan di saat pandemi ini, kita terpaksa menggunakan kurikulum darurat. Semoga dengan adanya pendidikan tatap muka terbatas, akan ada peninggkatan, awalnya mereka hanya daring kini kembali ke sekolah,” pumgkasnya.(Wi/Habari.id)

Baca berita kami lainnya di

Tinggalkan Balasan