HABARI.ID I Hampir 800 ribu situs aktif di Indonesia menjadi agen penyebar hoaks (kabar bohong). Penyebaran hoaks terbesar berasal dari berbagai varian konten, masuk melalui berbagai isu, mulai dari isu ekonomi, agama, politik, hingga sosial.
Dampak hoaks, kata Direktur Tata Kelola Dan Kemitraan dan Komunikasi Publik Kominfo, Salamatta Sembiring, terlihat jelas dan cenderung mengganggu stabilitas dan kondusifitas wilayah, menimbulkan reaksi yang berdampak pada sesuatu yang sifatnya destruktif.
“Hoaks sangat meresahkan. Sehingganya patut untuk diberengus. Hampir semua masalah yang terjadi berawal dari penyebaran informasi yang keliru,” tegas Salamatta Sembiring saat berpidato pada Pengukuhan Satuan Anti Hoaks Kabupaten Gorontalo, Ahad (01/12/2019).
Di hadapan relawan anti hoaks, Salamatta menyampaikan, sangat penting bagi masyarakat untuk mengenali informasi hoaks dengan cara memeriksa data dalam setiap konten informasi yang disebarkan di media-media daring.
“Hoaks itu, biasanya heboh sekali, menggunkan judul-judul yang bombastisnya kelewatan. Dan isinya, omongan-omongan yang tak berbobot,” ungkap Salamatta.
Informasi yang disebarkan, lanjut Salamatta, tidak memiliki referensi yang jelas. Menurutnya, setiap informasi harus memiliki sumber data yang jelas seperti penyampaian pakar, ahli, ataupun orang yang kompeten dalam bidang yang dipercakapkan.
“Hoax juga memiliki ciri-ciri instruksi berantai yang isinya aneh, seperti pesan yang mengharuskan kita untuk mengirimkannya ke orang lain. Yang beginian, kita harus hati-hati. Jangan cepat merespon itu dengan membagikan atau menyebarkannya,” kata Salamatta.(dwi/habari.id)