HABARI.ID, DEPROV | Anggota DPRD Provinsi Gorontalo Indriani Dunda merasa terharu dengan nasib sebagian warga Kelurahan Buliide, Kecamatan Kota Barat yang kesulitan memasarkan batu kapur. Kini, pembelian batu kapur mulai sepi meski harga menurun, kalah dengan produk bahan bangunan lain.
Menurut masyarakat setempat, produksi batu yang diolah menjadi kapur halus harus tetap berjalan ditengah minimnya pendapatan karena tidak ada pilihan lain untuk menyambung hidup. Apalagi tambang di tengah pemukiman itu merupakan usaha turun temurun yang dilakukan.
“Saya hanya meminta solusi saja dari ibu Indri, kami satu-satunya kampung yang memproduksi kapur secara manual. Tapi sekarang pemasaran sudah sepi bahkan jarang orang membeli,” ungkap warga Kelurahan Buliide kala menghadiri reses masa persidangan pertama anggota DPRD Provinsi Gorontalo Indriani Dunda, Senin (30/10/2023).
Indriani Dunda tidak bisa berbuat banyak dengan sulitnya memasarkan produk batu kapur itu. Menurutnya tak banyak orang yang menggunakan olahan kapur itu untuk bahan bangunan, sisi lain persaingan di dunia bisnis tak bisa dielakkan.
“Sekarang ini kebanyakan orang menggunakan semen yang lebih instan, sekarang kita harus berfikir bagaimana melihat peluang baru yang lebih menghasilkan. Tidak boleh hanya berkutat di situ, karena semakin majunya teknologi dan perkembangan zaman, kapur ini jarang digunakan lagi,” jelas Indri.
Anggota Komisi II DPRD Provinsi Gorontalo itu tetap akan menyampaikan aspirasi tersebut kepada pemerintah agar mendapat solusi tentang nasib warga yang masih berkecimpung di tambang batu kapur. Termasuk permintaan bantuan UEP dan PEKKA serta program bantuan rumah.
“Kalau soal bantuan berupa UMKM atau usaha rumahan saya pastikan bisa terealisasi dan dikawal. Sudah ada yang memasukan proposal, tapi nanti bulan November bisa terwujud, kalaupun belum bulan depan maka akan diberikan secara bertahap,” tandasnya. (dik/habari.id)