UNG jadi Bagian dari Penentu Arah Strategis PTI Menuju Indonesia Emas 2045

oleh -78 Dilihat
oleh
Istimewa.

HABARI.ID, KAMPUS I Dewasa ini pendidikan tinggi di Indonesia sudah masuk pada fase pembangunan bangsa, baik melalui jalur akademik, vokasi dan profesi. Tidak hanya sebatas berperan mencetak SDM (Sumber Daya Manusia) unggul, inovasi dan berkontribusi nyata untuk masyarakat. Akan tetapi, harus tampil sebagai lembaga yang mampu menjawab tantangan global, disrupsi digital, perubahan iklim dan transformasi industri.

Konferensi Puncak Pendidikan Tinggi Indonesia atau KPPTI 2025, tentu tidak hanya menjadi forum seremonial belaka yang diikuti PTN (Perguruan Tinggi Negeri), PTS (Perguruan Tinggi Swasta), PTKL (Perguruan Tinggi Kementerian/Lembaga) dan PTLN (Perguruan Tinggi Luar Negeri). Tetapi sebagai wadah dalam rangka berbagi praktik kebijakan, memperkuat jejaring dan menyelaraskan arah strategis pendidikan tinggi di Indonesia menuju Indonesia Emas 2045.

UNG (Universitas Negeri Gorontalo) sendiri, tentu menjadi salah satu bagian dari penentu arah strategis PTI untuk mencapai Indonesia Emas 2045, sebagai perguruan tinggi yang inklusif, kolaboratif dan berdampak nyata untuk kemajuan bangsa. Bahkan dalam forum strategis tersebut, Rektor UNG Eduart Wolok menjadi narasumber menyampaikan materi bertajuk transformasi tata kelola perguruan tinggi negeri.

Eduart yang juga Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia itu jelaskan, isu terkini dan tantangan perguruan tinggi negeri di Indonesia tengah mengalami transformasi besar dalam tata kelola kelembangaan. Seperti perubahan status dari PTN Satker menjadi PTNBLU hingga PTNBH, membawa implikasi signifikan terhadap otonomi, pengelolaan keuangan, dan kualitas layanan pendidikan tinggi.

“PTNBH memiliki klasifikasi mulai dari otonomi penuh dalam akademik, keuangan dan organisasi. Kemudian mengelola keuangan layaknya BUMN, serta fleksibilitas tinggi dalam inovasi. Sementara PTN Satker, pengelolaan keuangan sepenuhnya oleh negara, tanpa otonomi keuangan dan terikat regulasi keuangan negara ..,”

“Perbedaan mendasar terletak pada tingkat fleksibilitas pengelolaan keuangan dan sumber daya. PTNBH memiliki kebebasan tertinggi dalam menentukan strategi institusional, sementara PTN Satker sepenuhnya bergantung pada mekanisme APBN dengan fleksibilitas minimal,” terang Eduart.

Lanjut Eduart, meski memiliki otonomi tertinggi, PTNBH menghadapi tantangan sustainability model bisnis, tekanan ekspektasi stakeholder yang sangat tinggi. Serta risiko kesenjangan dengan PTN lain, yang dapat menciptakan ketidakadilan sistemik dalam ekosistem pendidikan tinggi nasional.

Akan tetapi, memiliki strategi peningkatan yakni membangun model bisnis berkelanjutan berbasis endowment fund dan diverifikasi revenue strem. Kemudian memperkuat kolaborasi strategis global untuk peningkatan reputasi, dan mengembangkan peran sebagai knowledge hub yang memberikan dukungan teknis bagi transformasi PTN lain di Indonesia.

“Tantangan transformasi PNBH dalam studi kasus eks LPTK, terdapat dinamika yang unik. Institusi yang awalnya berfokus pada pencetak guru kini harus menyeimbangkan misi sosial dengan kemandirian finansial. Dalam peningkatan kualitas akademik, otonomi penuh memungkinkan PTNBH eks LPTK mengembangkan kurikulum inovatif, merekrut dosen berkualitas tinggi, dan membangun pusat penelitian pendidikan unggulan tanpa hambatan birokrasi berlebihan ..,”

“Kemudian dalam kemandirian finansial, kemampuan mengelola sumber pendanaan alternatif seperti kerjasama industri, program pelatihan guru, dan penelitian kompetitif meningkatkan daya tahan finansial institusi. Dalam akuntabilitas publik, transparansi tinggi diperlukan untuk menjaga kepercayaan publik, terutama dalam penetapan biaya pendidikan yang terjangkau bagi calon guru dari keluarga kurang mampu ..,” 

“Sementara dalam identitas institusi, Tantangan mempertahankan misi pencetak tenaga pendidik kompeten sambil mengembangkan program studi non-kependidikan untuk diversifikasi pendapatan. Akan tetapi PTN BH eks LPTK di berbagai daerah di Indonesia menunjukkanpeningkatan mutu pendidikan signifikan pasca transformasi, dengan akreditasi internasional dan publikasi riset meningkat 300 persen,” pungkas Eduart.(bm/habari.id).

Baca berita kami lainnya di