Ramli Pinoi dan Kisah “Anak-anak Candu” Merengkuh Masa Depan

oleh -58 Dilihat
oleh
Ramli Pinoi dan anak-anak binaannya.

Jumlah mereka memang tak banyak. Tapi anak-anak usia remaja itu kini bisa belajar dengan baik. Kondisi mereka sebelumnya, berbanding terbalik. Dan berkat niat mulia seorang guru, mereka lalu didik. Mereka bukan lagi pecandu, melainkan anak-anak yang terdidik.

***

banner 468x60

HABARI.ID – Lelaki paruh itu baya muncul di ambang pintu salah satu bilik yang ada di kantor BNN Kota Gorontalo. Ia hendak berkonsultasi dengan pejabat terkait di biro yang kerap berurusan pemberatasan Narkoba itu usai menangani anak yang kedapatan nge-lem di taman kota, Jum’at (23/08/2019).

Di kalangan staf dan pejabat BNN, ia bukan orang asing. Ia punya kemitraan dengan BNN, khusus untuk penanganan rehabilitasi anak.

Ramli Pinoi, punya pengalaman tragis kala menangani kasus anak-anak pengguna zat adiktif. Setiap anak yang akan direhabilitasi, selalu dibawanya ke PKBM Sorga yang ada di wilayah kota Gorontalo. Di sana mereka akan dibina dan belajar banyak hal.

“Tidak hanya sekedar melakukan pendekatan dengan sang anak. Saya juga harus bisa meyakinkan orang tua mereka.

Ramli Pinoi, saat mendidik anak-anak di PKBM Sorga yang dirintisnya.

Dan suatu ketika, saat akan meminta restu orang tua untuk membawa anaknya ke tempat rehabilitasi, saya justru diusir. Bahkan ada orang tua yang mengajak saya berantem,” kata Ramli.

Sikap orang tua yang menanggapi lain niat baiknya ini, tak membuat Ramli patah arang. Berkali-kali ia datang. Berkali-kali pun ia diusir. Padahal hanya datang untuk meyakinkan orang tua.

Anak mereka hanya akan menjalani asesment dan perawatan medik di klinik yang disiapkan BNN Kota dan juga pembinaan melalui kegiatan-kegiatan belajar di PKBM rintisannya itu.

Di PKBM Sorga, anak-anak ini kembali meraih asa dan masa depan.

“Setelah mereka benar-benar yakin, barulah anaknya diizinkan dibawa ke PKBM,” ketus Ramli.

Rata-rata anak yang dirawat akibat menghirup zat adiktif itu, berusia 15 hingga 18 tahun. Mulai dari anak yang duduk di bangku kelas 6 SD, SMP hingga yang ada putus sekolah.

“Ada 40 orang yang selesai rawat pada tahun 2018 kemarin. sebanyak 15 orang sudah ujian UNBK. Dan sebagian lainnya ikut paket B dan C,” kata Ramli yang memulai aktifitasnya ini sejak 2017 lalu.

Meyakinkan orang tua, jadi tantangan terberat Ramli Pinoi dalam mewujudkan niat baiknya.

PKBM Sorga miliknya, telah menjadi sekolah bagi anak yang putus sekolah. Seorang diri ia mendidik dan mengajarkan kebaikan kepada anak-anak itu.

“Untuk anak yang masih sekolah kami upayakan tetap bersekolah. Anak-anak yang ditangani saat ini, paling sering atas laporan orang tua. Ada pula orang tua yang meminta anak mereka difasilitasi untuk direhab di Lido Makassar”.

PKBM Sorga, tidak hanya menjadi rumah belajar bagi anak candu, tapi menjadi “surga” bagi anak-anak putus sekolah. Di PKBM Sorga, mereka mendapatkan kembali kebaikan dan merengkuh kembali masa depan.

PKBM Sorga, menjadi rumah masa depan bagi anak putus sekolah dan anak yang terjerat candu. Sungguh niat mulia Ramli Pinoi jadi inpirasi.(4bnik/habari.id)

Baca berita kami lainnya di


Tinggalkan Balasan