HABARI.ID I Berbagai kebijakan dilahirkan Pemerintah Pusat, mulai dari peniadaan aktivitas belajar mengajar tatap muka, penutupan lembaha pendidikan sampai dengan pemberlakuan belajar jarak jauh melalui daring. Semua itu hanya dengan satu alasan, yakni pencegahan penyebaran pandemi Covid-19.
Dari fakta yang ada khususnya di berbagai daerah termasuk Kabupaten Gorontalo, kebijakan pada sektor pendidikan itu sangat tidak efektif. Bahkan menjadikan generasi muda yang berstatu pelajar, menjadi korban hilangnya masa depan mereka akibat kebijakan mencegah pandemi.
Kini mereka yang berstatus pelajar di daerah itu, tidak lagi seaktif saat menerima ilmu di ruang kelas. Lebih banyak berbain dan membantu orang tua mereka berdagang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Bahkan parahnya lagi, ada yang harus memilih jalan pintas meninggalkan dunia belajar mereka, atau putus sekolah akibat kebijakan pandemi Covid-19 tersebut.
Di Kabupaten Gorontalo sendiri, sebanyak 577 siswa tercatat putus sekolah di tengah pandemi Covid-19. Dan dari penelusuran Dinas Pendidikan Kabupaten Gorontalo, rata-rata alasan siswa ini hampir sama, yakni membantu orang tua mereka mengais rejeki.
Persoalan ini turut menarik perhatian Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gorontalo, Zubair Pomalingo, untuk mengambil langkah antisipatif mencegah jangan sampai jumlah putus sekolah melonjak.
“Dari total 577 siswa, masing-masing itu dari jenjang pendidikan sekolah dasar sebanyak 355 orang dan sisanya jenjang SMP yakni 222 orang,” jelasnya.
“Upaya yang kami lakukan, tetap meminta 577 siswa yang putus sekolah ini agar melanjutkan pendidikan mereka. Kami akan berusaha semaksimal mungkin,” pungkasnya.(ver/habari.id).