HABARI.ID I Kekosongan kursi Ketua DPRD Kota Gorontalo ternyata bukan hanya menjadi persoalan internal DPD II Partai Golkar Kota Gorontalo, tetapi menarik perhatian fungsionaris Muda Partai Golkar Provinsi Gorontalo Romatun Alamri.
Selain menyebutkan hilangnya eksistensi Partai Golkar dari kekosongan Kursi Ketua DPRD Kota Gorontalo dari Golkar.
Persoalan tersebut menguji profesionalisme Marten A. Taha sebagai Ketua DPD II Golkar Kota Gorontalo, dalam membawa organisasi partai.
“Kekosongan kursi Ketua DPRD Kota Gorontalo menjadi kerugian bagi Partai Golkar, karena hilangnya eksistensi partai di parlemen dalam mengakomdir program kepartaian …”
“Dan persoalan ini menguji profesionalisme Pak Marten sebagai Ketua DPD II Partai Golkar Kota Gorontalo,” tegas Roman.
Dirinya akui, antara Ketua DPD Partai Golkar Kota Gorontalo dengan Risman Taha adalah saudara kandung, dan disinlah titik ujian profesionalisme kader partai itu. Apakah akan mendahuukan kepentingan pribadi atau kepentingan umum, dalam hal ini partai.
“Saya tidak ingin berdebat tentang pendekatan hukum, sampai terjadinya kekosongan Ketua DPRD Kota Gorontalo ini, karena publik sudah mengerti duduk persoalannya …”
“Saya sangat mengenal betul sosok Abang senior saya kanda Risman Taha, sebagai kesatria politik yang terkenal tangguh serta sebagai kader Partai Golkar berkualitas tinggi. Pastilah beliau betul-betul memahami sebagai risiko politik …”
“Sehingga kalau ditanya sama beliau, pastilah wibawa, kepentingan rakyat dan partai akan menjadi hal prioritas bagi beliau. Saya sendiri banyak belajar sama beliau, tentang loyalitas kepartaian,” pungkas Roman.
Seorang tokoh muda Partai Golkar Kota Gorontalo Iskandar Airmas jelaskan, semua orang memang bebas untuk mengeluarkan pendapatnya tentang dinamika, apalagi politik partai besar seperti Golkar.
menurutnya kekosongan kursi Ketua DPRD Kota Gorontalo tidak memberikan dampak negatif, terhadap eksistensi partai di parlemen.
Sebab, sampai dengan hari ini Fraksi Partai Golkar Kota Gorontalo mampu mengakomodir program Pemeritah Kota Gorontalo.
Lain lagi berbicara soal profesionalisme seorang pimpinan partai, bahwa profesionalisme seorang pemimpin kurang pas jika hanya diukur dari masalah yang belum tuntas.
“Eksistensi Partai Golkar di parlemen masih bercahaya seterang Matahari, dan tentunya terus mengawal program pemerintah daerah …”
“Bicara soal profesionalisme pimpinan partai, sangat tidak tepat kalau hanya diukur dari jangka waktu seorang pimpinan itu menyelesaikan persoalan …”
“Kalau profesionalisme Pak Marten, tepatnya di ukur dari kemampuan seorang Marten membesarkan partai. Contoh sejak dirinya duduk di parlemen sampai sekarang menjadikan Golkar sebagai pimpinan daerah …”
bahkan membawa partai ini sebagai penguasa di parlemen. Dua periode itu, tidak gampang,” tegas Iskandar Airmas.
Persoalan pengisian kursi Ketua DPRD Kota Gorontalo tambah Iskandar, ada mekanisme sendiri di internal Partai Golkar Kota Gorontalo.
“Logikanya, bagaimana partai bisa mengambil kebijakan, sementara persoalan yang dihadapi masih menunggu ketetapan hukum …”
“Artinya, untuk mengisi kekosongan kursi Ketua DPRD Kota Gorontalo itu, tidak seperti membalikan telapak tangan …”
“Harus ada regulasi dan landasan hukum yang kuat. Dan kami sebagai kader, sangat paham apa yang dihadapi pimpinan kami,” tutup Iskandar.(bink/habari.id).