Katrol Capres

oleh
capres
Habari.Id
banner 468x60

HABARI.ID I Nyaris semua orang mengidentikkan Anies Rasyid Baswedan, dengan Partai Nasdem padahal ada PKS dan Partai Kebangkitan Bangsa di koalisi itu. Demikian pula dengan Prabowo Subianto diidentikkan dengan Partai Gerindra, kendati ada Partai Golkar, PAN serta Partai Gelora di dalam koalisi. Ganjar Pranowo juga disamakan dengan PDIP meski ada PPP berkoalisi dengan mereka.

Oleh Sabrin Maku.

Bukan PAN, Partai Golkar, PBB, PKB, PPP, PKS atau Partai Demokrat. Tetapi Partai Gerindra, Nasdem dan PDIP yang menjadi target buruan utama semua lembaga survey nasional. Karena praktisnya, tiga partai politik tersebut paling diuntungkan.

Lantas bagaimana dengan Provinsi Gorontalo? Tentu kita tidak bisa lupa kekalahan Jokowi pada Pilpres 2014, dengan 37 persen. Sementara Prabowo, menang 63 persen.

Hasil Pilpres 2014 sukses menjadikan Elnino Mohi duduk di Parlemen Senayan. Padahal Partai Gerindra saat itu, bisa dikatakan tidak diperhitungkan oleh partai politik lain.

Partai Golkar yang saat itu mendukung Prabowo pun merasakan dampaknya, menjadikan Fadel Muhammad dan Roem Kono sebagai wakil rakyat dari Golkar di DPR RI.

Beriringnya waktu, tensi politik di Gorontalo semakin memanas. Dinamika antar partai politik sampai-sampai tak terbendung.

Pada akhirnya dinamika politik itu merubah keadaan pada Pipres 2019. Sebagian partai politik terutama yang memiliki jagoan mereka di eksekutif, hampir semua mendukung Jokowi pada Pilpres 2019.

Hasilnya perolehan kursi di DPR RI berubah dan merata, masing-masing satu kursi diraih Partai Golkar, Nasdem dan Partai Gerindra.

Kursi ketiga mampu diraih Elnino Mohi, padahal pada Pilpres 2019 Prabowo kalah 49 persen saat itu. Elnino Mohi bisa disebut dimujurkan oleh keadaan.

Dari semua elit politik yang mengempungnya, hanya dia satu-satunya yang pro Prabowo ketika itu.  

Yang ingin saya katakan adalah, bahwa faktor Pilpres menjadi katrol DPR RI, betapa Pilpres memberi pengaruh yang kuat terhadap DPR RI.

Pemilihan eksekutif berpengaruh signifikan terhadap pemilihan legislatif. Istilah mutakhirnya adalah Efek Ekor Jas.

Apa yang akan terjadi di 2024? Bagi saya, efek ekor jas itu akan bekerja lagi. Wajar bila saya memperkirakan bahwa tiga kursi DPR RI itu akan dibagi rata.

Partai pendukung Anies akan mendapatkan 1 kursi, yaitu Rahmat Gobel Ketua Nasdem. Pendukung Ganjar Pranowo akan mendapatkan 1 kursi karena PDIP lima tahun lalu adalah juara empat.

Nyaris dapat kursi. Pendukung Prabowo akan dapat 1 kursi. Dalam ceruk ini Rusli Habibie akan bersaing penuh dengan Elnino Mohi. 

Kalau saat Pemilu lalu banyak Kepala Daerah dari Partai Golkar, maka 2024 ini Partai Golkar tak punya Kepala Daerah pada saat pencoblosan. Karena di PLT kannya Wali Kota Marten Taha, dan Bupati Thariq Modanggu. 

Elnino Mohi juga pernah mengalahkan mantan Gubernur pada 2014. Dia tak pernah punya Kepala Daerah sebelumnya. Kini dia punya Bupati Pohuwato yang juga Ketua Gerindra di sana.

Pemilu 2024 ini menarik untuk ditonton karena hanya 3 kursi. Para jagoan ada di situ. Ada yang harus menyingkir atau tersingkir.

Setelah ini kita akan ramai membahas Pilkada dimana Gubernur, Wali Kota dan Bupati akan dipilih secara serentak.(*).

Baca berita kami lainnya di