HABARI.ID, PEMPROV | Dinas Sosial Provinsi Gorrontalo terus mengingatkan kepada seluruh masyarakat untuk tidak memberi uang kepada gelandangan maupun pengemis di jalanan. Pasalnya jika itu terus dilakukan maka akan menambah jumlah pengemis di Gorontalo.
Jabfung Pekerja Sosial Dinas Sosial Provinsi Gorontalo Yuyun Komendangi mengungkakan bahwa Gorontalo menjadi salah satu daerah yang memiliki daya tarik tersendiri bagi pengemis maupun orang terlantar dari luar daerah. Meski pemerintah kerap memulangkan orang terlantar ke daerah asalnya.
“Mungkin Gorontalo ada daya tarik, karena Gorontalo juga punya sifat kasihan dan pada saat melihat pengemis masyarakat langsung memberi. Kalau kita terus memberi maka seakan-akan kita memancing dan akan banyak orang-orang hidup dari meminta-minta,” kata Yuyun kala menjadi pemateri di Radio Suara Rakyat Hulonthalo tentang solusi gelandangan dan pengemis serta orang terlantar.
Menurut Yuyun, kalau masyarakat berniat memberi sedekah maka langsung saja ke lembaga resmi bukan malah ke pengemis. Jika langkah terebut terus dilakukan maka secara tidak langsung warga hanya melatih pengemis menjadi orang yang tidak berdaya.
“Mereka (pengemis) akan terbiasa malas dan cepat mendapat uang, kami bukan melarabg tapi sebaiknya beri saja sedekah ke panti asuhan maupun ke lembaga lain,” jelas Yuyun Selasa (04/07/2023 lalu.
Karakter seseorang dalam meminta-minta di jalanan memang tidak mudah untuk dihilangkan apalagi jika sudah mendarah daging serta rasa iba dari masyarakat. Berkaca dari kasus sebelumnya bahkan ada pengemis di Kota Gorontalo yang memiliki tabungan hingga mencapai Rp. 500 juta.
“Salah satu solusinya adalah tidak memberi uang dengan begitu para pengemis akan berfikir bahwa Gorontalo sudah tidak potensial untuk mencari uang di jalanan dalam hal mengemis,” ungkapnya.
Sementara itu, Praktisi Pekerja Sosial Diki Riyanto Uloli menilai bahwa fenomena itu sudah masuk dalam permasalahan sosial yang seharusnya tidak ada sesuai peraturan pemerintah.
“Gelandangan dan pengemis itu tidak muncul begitu saja, ada beberapa faktor. Kalau bicara soal fenomena itu maka tidak jauh-jauh dari kemiskinan,” ujar Diki Riyanto Uloli.
Ia menjelaskan sebagian besar gelandangan itu lahir dari lingkungan tersebut, baik pengemis maupun gelandangan. Sehingga dengan sendirinya mereka bakal berfikir bahwa mengemis sudah menjadi hal yang wajar dalam kehidupan sehari-hari.
“Apalagi tidak diberi edukasi bahwa kehidupan gelandangan dan pengemis itu sesungguhnya adalah kehiduan yang nilai-nilai norma kehidupan di masyarakat secara layak,” ucapnya. (dik/habari.id)