Kesiapan Sudah 90 Persen, SMA Negeri 1 Talun Blitar Segera Terapkan Pembelajaran Tatap Muka

oleh
SMA Negeri 1 Talun
Kepala SMN 1 Talun Gatot Wiyono saat menguji coba tempat cuci tangan yang sudah disiapkan.[foto_istimewa]
banner 468x60
HABARI.ID, KABUPATEN BLITAR I SMA Negeri 1 Talun Kabupaten Blitar, siap melakukan pembelajaran tatap muka. Semua fasilitas yang berkaitan dengan penerapan protokol kesehatan COVID-19, telah dipersiapkan pengelola SMA Negeri 1 Talun.

Membuka kembali aktivitas belajar di sekolah, telah menjadi kebijakan Pemprov Jawa Timur. Dan kebijakan tersebut berlaku terhitung mulai tanggal 18 Agustus.

Berita Terkait: Pembelajaran Tatap Muka Dimulai 18 Agustus, SMK Negeri 3 Boyolangu Siap Terapkan Protokol Kesehatan

Salah satu contoh sekolah tingkat atas yang ada di Kabupaten Blitar yang telah siap melakukan pembelajaran tatap muka tersebut.  

Gatot Wiyono, S.Pd, M.Pd, Kepala SMN 1 Talun ketika ditemui di ruang kerjanya, Rabu (19/08/2020) menjelaskan, bahwa pihaknya sudah siap 90 persen dalam rangka pembelajaran tatap muka.

Beberapa fasilitas dan skema untuk pembelajaran tatap muka juga telah dipersiapkan. Persiapannya sudah 90 persen.

Mulai dari penataan bangku kelas yang dibuat berjarak, fasilitas cuci tangan (wastafel), penyediaan hand sanitizer di setiap kelas, dan melakukan penyemprotan seusai pembelajaran tatap muka, hingga perubahan pembelajaran, juga sudah dipersiapkan.

Sehingga mengubah skema dalam pembelajaran nantinya. “Kami sudah siap jika nanti diberlakukan pembelajaran tatap muka,” ungkapnya.

Dalam kegiatan pembelajaran nantinya, kata Gatot, tidak dilakukan sepenuhnya dengan tatap muka. Namun tetap dikolaborasikan dengan sistem daring.

SMA Negeri 1 Talun
Andi, salah satu guru pengajar di SMA Negeri 1 Talun Blitar saat menunjukkan salah satu kelas yang digunakan pembelajaran tatap muka.[foto_istimewa]
Rencana pembelajaran tatap muka di SMA Negeri 1 Talun Blitar ini dilakukan sesuai dengan skema yang sudah dirancang dan modelnya tidak seperti pembelajaran dikala sebelum pandemi. “Kami akan menggunakan sistem shift,” kata Gatot.

Dalam satu kelas maksimal hanya dapat diisi 18 orang siswa, dan siswa lainnya tetap menggunakan sistem daring dan digilir menurut pembelajaran model shift yang sudah dirancang sedemikian rupa.

Jam belajar pun dibuat lebih pendek. “Semoga dengan apa yang kami lakukan ini, tidak ada kendala dan halangan yang berarti,” harap Gatot.(tos/habari.id)

Baca berita kami lainnya di

Tinggalkan Balasan