HABARI.ID, GORONTALO – Tentang kualifikasi pimpinan redaksi dan legalitas media, menjadi hal serius di komunitas ini. Ada 9 media siber yang berhimpun di komunitas yang muncul sekitar pertengahan 2018 lalu.
9 media online ini masing-masing adalah HULONDALO.ID, CAKRAWALA.CO, GOPOS.ID, POJOK6.COM, 60DTK.COM, READ.ID, GORONTALONEWS.COM dan TATIYECHANNEL.COM, serta HABARI.ID.
Beberapa kawan pemerhati literasi dan media, menganggap keberadaan Publisher mulai memberi pengaruh besar bagi dinamika dan kompetisi media di level lokal. Era digital, tak hanya menuntut manusia untuk melek teknologi. Tapi paham dengan ukuran-ukuran presisi.
“Ketat, itu hanya kesan saja. Yang ada hanyalah konsistensi dan komitmen besar kita di Publisher untuk beradaptasi dengan regulasi Dewan Pers. Media online harus berbadan hukum dan pimpinan redaksinya harus tersertifikasi wartawan utama, menjadi ketentuan Dewan Pers saat ini.
Dan itu yang kita berlakukan sebagai standar di internal Publisher. Kawan-kawan pemilik media Publisher, sepakat dengan itu,” kata Rully Lamusu, Pimpinan Redaksi READ.ID, sesaat sebelum Iftar bersama di Amaris Hotel Selasa (28/05/2019).
Publisher tak hanya menjadi cannal informasi semata. Kehadirannya akan menjadi bagian dari fenomena Industri 4.0. Beberapa pemilik media ini, awalnya adalah editor di media mainstream. Setelah belasan tahun, mereka lalu resign.
Kemudian bertransformasi merintis industri digital. Mereka memilih untuk go digital!. “Kubur dalam-dalam masa lalu. Dan lihatlah apa yang tidak dilihat orang lain. Kita sama-sama akan mengejar itu (masa depan),” kata Usman Mato, pendiri HULONDALO.ID.
Kualitas produk jurnalistik, tak lagi menjadi satu-satunya parameter media di era digital. Tapi lebih kepada ukuran presisi; jumlah share hingga traffic setiap artikel. Dan artikel (berita), hanya menjadi satu dari sekian banyak segmentasi bisnis yang ada di dunia digital.
Di Publisher, para exodus yang hebat ini hadir untuk saling mengisi dan melengkapi. Mereka mulai menjalankan fungsi-fungsi baru. Fungsi yang sebelumnya tidak ada di media konvensional tempat mereka bekerja dulu.***