HABARI.ID, GORONTALO – Pancasila sebagai Living Ideologi Bangsa, diangkat menjadi tema pada kegiatan “Ngaji Kebangsaan” yang digelar Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) Nahdlatul Ulama (NU) Kota Gorontalo di Gedung Ellita, Sabtu (29/6/2019).
Tema ini menjadi sangat menarik untuk dibincangkan, ketika “dibenturkan” dengan realitas; menurunnya angka pro Pancasila sebagai ideologi bangsa.
“Dari berbagai sumber yang kami peroleh,16,8 persen mahasiswa di Indonesia menyatakan tidak setuju Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Data Kemendagri Oktober 2017 menyatakan bahwa 19,4 persen PNS menolak Pancasila,” kata Ketua Lakpesdam NU Kota Gorontalo, Wahiyudin Mamonto pada forum “Ngaji Kebangsaan” yang menghadirkan tiga nara sumber.
Dan berdasarkan data lainnya, pada tahun 2005, publik yang pro Pancasila angkanya mencapai 85,2 persen. Kemudian, pada tahun 2010, angkanya menurun menjadi 81,7 persen. “Setelah itu, pada tahun 2015, angkanya kembali menurun menjadi 79,4 persen. Akhirnya, pada tahun 2018, angka ini turun lagi menjadi 75,3 persen,” ungkapnya.
Fenomena menurunnya angka pro Pancasila sebagai ideologi Bangsa ini, kemudian terkoneksi dengan berbagai hal yang bersifat negatif.
“Salah satunya adalah kebencian yang bergentayangan di ruang publik, baik berupa ujaran kebencian dan pelintiran kebencian yang dikonsumsi bebas dan ditanggapi dengan tindakan-tindakan yang mengancam kerukunan dalam kemajemukan Bangsa,” tandasnya.
Melalui kegiatan ini, Yudin berharap, semua bisa berdialog, bertukar pikiran membicarakan hal-hal yang positif bagi keberagaman, demokrasi, kearifan lokal dalam bingkai pancasila guna mengukur dan mendalami pemahaman tentang Pancasila untuk kemudian diimplementasikan pada kehidupan sehari hari, dengan nafas Bhineka Tunggal Ika.
Tokoh agama KH Rasyid Kamaru; budayawan Alim Niode; dan akademisi Dr. Sastro M. Wantu, M.Si menjadi nara sumber pada kegiatan yang dihadiri elemen mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dan unsur organisasi ekstra kampus. Disampaikan dalam perspektif yang berbeda, ketiga narasumber mengisyaratkan bahwa ideologi Pancasila masih dibutuhkan bangsa ini karena dapat menyatukan berbagai perbedaan, ras, suku dan agama.
Ketika banyak ideologi mulai runtuh, Pancasila masih tetap kokoh berdiri. Pancasila telah menyatukan bangsa yang majemuk (beragam) ini. Pancasila telah merekatkan persatuan dan menegaskan kesatuan dalam semangat Bhineka Tunggal Ika.(fadli/habari.id)