Dari Saraswati Djojohadikusumo hingga Aurora Ribero, Semangat Sumpah Pemuda Membara di Gorontalo Youth Summit 2025!

oleh -168 Dilihat
oleh

HABARI.ID, GORONTALO — Dalam semangat memperingati Sumpah Pemuda ke-97, The Gorontalo Institute sukses menyelenggarakan Gorontalo Youth Summit 2025, Selasa (28/10), secara daring melalui platform Zoom Meeting. Kegiatan bertema “Menyalakan Semangat Sumpah Pemuda Menuju 100 Tahun Gorontalo (1942–2042)” ini menjadi forum reflektif sekaligus ruang strategis bagi generasi muda untuk merancang arah masa depan Gorontalo menuju abad keduanya.

Kegiatan ini diinisiasi oleh Dr. Funco Tanipu, Founder The Gorontalo Institute. Dalam sambutan pembukaannya, Funco menegaskan bahwa Gorontalo membutuhkan generasi muda yang tidak hanya menjadi penonton sejarah, melainkan menjadi arsitek masa depan daerahnya sendiri.

“Kepemimpinan masa depan tidak dibangun dari ruang janji, tetapi dari ruang gagasan. Kita ingin anak muda Gorontalo menjadi perancang masa depan yang berpikir jauh, bekerja dengan nilai, dan berkolaborasi untuk perubahan,” ungkapnya.

Menyalakan Semangat Sumpah Pemuda Menuju 100 Tahun Gorontalo

Sebagai keynote speaker, hadir Rahayu Saraswati Dhirakanya Djojohadikusumo, tokoh muda nasional dan aktivis sosial yang menekankan pentingnya kepemimpinan berkarakter, empatik, dan berlandaskan nilai kemanusiaan. Saraswati mengajak generasi muda Gorontalo untuk berani mengambil peran nyata dalam ruang sosial dan politik, bukan sekadar menjadi pengamat perubahan.

Sementara itu, Aurora Ribero tampil sebagai guest star. Aktris muda berdarah Gorontalo ini dikenal melalui film Komang dan Warkop DKI Reborn, serta baru saja dinominasikan sebagai Pemeran Perempuan Terbaik pada Festival Film Indonesia 2025. Aurora berbagi pandangan tentang peran seni dan budaya sebagai sarana memperkuat karakter dan membangun kesadaran sosial di kalangan generasi muda.

Rangkaian diskusi terbagi ke dalam tiga sesi utama yang berlangsung sepanjang hari.
Sesi pertama, bertema “Kemandirian Ekonomi dan Daya Saing Generasi Baru”, digelar pukul 12.30–15.00 WITA. Sesi ini menyoroti pentingnya membangun ekosistem ekonomi muda berbasis inovasi dan kolaborasi lintas sektor. Narasumber yang tampil di antaranya Aldy Uloli, Fauzan Fadel Muhammad, Rusli Anwar, Vhia Mbuinga, dan Walid Bachmid. Diskusi ini menggarisbawahi perlunya dukungan konkret terhadap wirausaha muda dan kreativitas lokal untuk menghadapi tantangan ekonomi digital.

Sesi kedua, berlangsung pukul 15.30–17.30 WITA, mengusung tema “Pengetahuan, Integritas, dan Kepemimpinan di Era Perubahan.” Para pembicara seperti Kompol Awaludin Puhi, Ayu Rachman, Alham Habibie, Rifai Ali, Hasan Panigoro, dan Zulkifli Tanipu menyoroti pentingnya membangun generasi muda yang berilmu, jujur, dan konsisten dalam nilai-nilai kepemimpinan publik. Diskusi ini menekankan bahwa integritas dan kapasitas intelektual merupakan fondasi utama kepemimpinan masa depan.

Malam harinya, Sesi ketiga digelar pukul 19.30–22.00 WITA dengan tema “Dari Daerah untuk Indonesia: Regenerasi dan Arah Baru Politik Anak Muda.” Sesi ini menghadirkan Nurmawan Pakaya, Ghalieb Lahidjun, Dedy Hamsah, Erwin Ismail, Jupri Budiman, Iskandar Uno, Andi Ilham, Riyanto Ismail, dan Zulkifli Nangili.
Diskusi berlangsung hangat dan tajam, menyoroti perlunya regenerasi politik lokal yang berorientasi pada gagasan dan etika publik. Dalam sesi tentang ini, Guslan Batalipu dari Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) memberikan tanggapan menarik terhadap arah politik anak muda Gorontalo. Menurutnya, generasi muda memiliki peran penting dalam mendorong politik berbasis nilai dan menegakkan etika demokrasi di tingkat lokal.

“Yang kita butuhkan bukan sekadar pergantian wajah politik, tapi transformasi cara berpikir dan cara memimpin. Anak muda Gorontalo harus hadir dengan gagasan, bukan sekadar ambisi. Saya apresiasi pada penyelenggaraan Gorontalo Youth Summit 2025 karena telah mengumpulkan semua anak muda lintas bidang untuk memberikan sumbangsih gagasan untuk masa depan Gorontalo,” ujarnya.

Tiga moderator muda — Aldy Ibura, Fian Hamzah, dan Nanda Poha — memandu jalannya diskusi dengan dinamis dan inklusif. Setiap sesi membuka ruang tanya jawab dengan maksimal tiga penanya aktif untuk menjaga fokus dan kedalaman pembahasan.

Dalam refleksi penutup berjudul “Merancang Arsitektur Kepemimpinan Muda Gorontalo 2042,” Dr. Funco Tanipu menegaskan bahwa arsitektur kepemimpinan muda Gorontalo harus dibangun di atas fondasi nilai, integritas, dan kolaborasi lintas sektor. Ia menekankan bahwa politik masa depan harus menjadi ruang gagasan, bukan sekadar arena kekuasaan.

“Seratus tahun Gorontalo akan ditentukan oleh keberanian anak muda hari ini untuk berpikir dan bekerja lintas batas. Kepemimpinan muda tidak bisa lahir dari rutinitas, tapi dari imajinasi dan keberanian untuk merancang masa depan,” ujarnya menutup acara.

Sebagai tindak lanjut, The Gorontalo Institute akan menyusun policy brief dan roadmap “Arsitektur Kepemimpinan Muda Gorontalo 2042” yang merangkum gagasan, hasil diskusi, dan rekomendasi strategis dari setiap sesi. Dokumen ini akan menjadi panduan arah kebijakan dan penguatan peran generasi muda dalam pembangunan daerah dan nasional.

Melalui Gorontalo Youth Summit 2025, The Gorontalo Institute berhasil menyalakan kembali semangat Sumpah Pemuda di bumi Serambi Madinah. Forum ini membuktikan bahwa perubahan besar tidak selalu dimulai dari kekuasaan, tetapi dari ruang gagasan — tempat di mana generasi muda Gorontalo berani berpikir, berdialog, dan membangun arah baru menuju Indonesia Emas 2045.(fp/habari.id)

Baca berita kami lainnya di