HABARI.ID, KAMPUS I Perkembangan zaman sekarang semakin pesat, misal di bidang teknologi informasi dan komunikasi atau TIK, teknologi kesehatan, energi, transportasi, teknologi industri dan manufaktur serta lingkungan dan masi banyak lagi.
Kata Wakil Rektro UNG (Universitas Negeri Gorontalo), Amir Arham, inilah salah satu alasan, kenapa Universitas Negeri Gorontalo selalu menekankan untuk mencetak generasi Z sebagai kunci masa depan dalam membangun ekonomi dan teknologi.
Mempersiapkan generasi muda khususnya Gen Z sebagai motor penggerak ekosistem masa depan, terutama dalam bidang ekonomi dan teknologi hal yang penting dan strategis kata Amir Arham, saat mewakil Rektor pada kegiatan Talk Show bertajuk masa depan ekonomi kolaboratif Jumat (01/08/2025).
“Gen Z akan menjadi penentu arah bangsa. Mungkin 10 atau 20 tahun nanti Pak Rektor kita sudah menjelang pensiun, dan mereka-merekalah ini akan menggenggam ..,”
“Mereka yang akan menjadi motor membangun ekosistem, terutama ekonomi dan teknologi ke depan. Karena itu adik-adik ini perlu dipersiapkan,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti kondisi ketenagakerjaan di Gorontalo, yang menunjukkan anomali antara tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan.
“Kalau saya membaca data statistik. Ya, angka pengangguran kita itu di Gorontalo sebetulnya tidak terlalu tinggi. TPT nya tidak terlalu tinggi, yang tinggi itu adalah kota sekitar 5 persen, tetapi daerah-daerah itu rata-rata 3 persen ..,”
“Tetapi di dalam data itu ada data yang tersembunyi yang disebut sebagai setengah pengangguran. Jadi kalau dia disensus ditanya bekerja, ya, tetapi tidak mencukupi kebutuhan dasarnya.,” terangnya.
Lebih lanjut, Ia menjelaskan bahwa angka pengangguran terdidik di Gorontalo, justru terus mengalami peningkatan. “Trend data juga menunjukkan bahwa pengangguran terdidik itu, juga terus mengalami kenaikan ..,”
“Memang paling tinggi adalah pengangguran lulusan SLTA, terutama didominasi oleh sekolah vokasi, tetapi tren peningkatan pengangguran lulusan Diploma dan program tinggi itu juga naik dari tahun ke tahun. Kenapa? Karena kesempatan kerja semakin sempit,” jelasnya.
Berkaitan dengan kegiatan tersebut Ia mengapresiasi langkah Kometa, yang telah mengembangkan ekosistem pendampingan di berbagai daerah di Indonesia, yang dinilainya dapat menjadi jembatan antara dunia pendidikan dan dunia kerja.
“Dengan adanya pendampingan semacam ini, ada hubs, kemudian ada pendampingan untuk pengembangan soft skill, itu diharapkan bisa menjadi bridge atau jembatan antara terputusnya tadi, decoupling, bisa menyambungkan itu.,” paparnya.(bm/habari.id).