Merangsang Guru SD-SMP Tingkatkan Mutu Pendidikan di Gorontalo dari Misi Cakrawala Indonesia Cerdas

oleh -86 Dilihat
oleh
Rekha Nupulo unsur dari Yayasan Cakrawala Indonesia Cerdas penanggungjawab di wilayah Provinsi Gorontalo, saat bersama Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Gorontalo Utara.

HABARI.ID, PENDIDIKAN I Maju tidaknya mutu pendidikan di sebuah daerah, tentu bergantung dari peran serta Guru sebagai ujung tombak di semua lembaga pendidikan. Inilah salah satu alasan kenapa Yayasan Cakrawala Indonesia Cerdas hadir di tenga-tengah lembaga dan instansi pendidikan di Tanah Air, guna menjadi mitra kerja meningkatkan mutu pendidikan disetiap daerah di Indonesia.

Rekha Nupulo unsur Yayasan Cakrawala Indonesia Cerdas penanggungjawab di wilayah Provinsi Gorontalo jelaskan, program kegiatan yang digagas Yayasan Cakrawala Indonesia Cerdas ini, yakni peningkatkan kualitas guru SD dan SMA pada pembelajaran matematika.

Ia jelaskan bahwa, mempelajari ilmu Matematika dibaratkan membangun sebuah gedung bertingkat. Setiap tingkat diperlukan ketelitian dan kecermatan dalam menghitung untuk membangunnya. Jika salah satu tingkat salah dalam membangunnya, maka akan salah pula tingkatan-tingkatan berikutnya dan bisa mengakibatkan robohnya bangunan gedung bertingkat tersebut.

“Jika Analogi diatas diterapkan dalam pembelajaran di kelas, maka otomatis yang menjadi sorotan adalah cara pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Hal ini dikarenakan memang seorang gurulah yang pertama kali mengajarkan matematika kepada anak-anak secara formal,” ujarnya.

Ia sampaikan lagi, kondisi di lapang menjadi fakta bahwa banyak guru-guru jenjang sekolah dasar yang terpaksa mengajarkan mata pelajaran matematika, karena posisinya sebagai guru kelas. Hal ini membuat para guru tersebut tidak memiliki pilihan lain.

“Tidak bisa dipungkiri bahawa tidak semua guru tertarik dan mampu untuk mempelajari pelajaran matematika, sehingga dalam pengajarannya pun seringkali seorang guru hanya mengajarkan sesuatu yang hanya ia kuasai saja. Hal ini berakibat mata pelajaran matematika menjadi suatu pelajaran yang susah, dan membosankan dihadapan para anak didik,” terangnya.

Tambahnya lagi, sekarang ini pembelajaran matematika yang terjadi seolah olah hanyalah kewajiban, yang harus disampaikan kepada anak didik tanpa mempertimbangkan kemampuan ilmu yang memadai. Sehingga pelajaran yang diterima para siswa pun jadi kurang maksimal.

“Metode demi metode di ujicoba demi mencapai pembelajaran apa yang tepat sesuai dengan yang kita butuhkan. Padahal kita ketahui bersama bahwa kita sudah tidak memiliki banyak kesempatan lagi seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju untuk memperoleh proses pembelajaran yang lebih baik. Setiap tahun kita lihat ada target standart nilai kelulusan pada UN, yang menjadi acuan penilaian keberhasilan pembelajaran di sekolah. Maka digulirkan program-program instan untuk mengatasi persoalan UN tersebut dan hampir semua sekolah menyiapkan program khusus untuk mengantisipasi UN tersebut. Akhirnya kita tidak bisa membantah seolah-olah hanya faktor UN yang menjadi tujuan bukan faktor sejauh mana seberapa banyak ilmu yang mampu diserap anak didik,” paparnya.

Untuk itu sambung Rekha, berpikir kreatif dan inovatif diperlukan untuk memperoleh tujuan baik jangka pendek maupun jangka Panjang. Apalagi kita ketahui bersama pembelajaran matematika masih terbatas pada issu-issu yang kecil dan parsial. Ini sesuatu yang paradoksal, ketika ingin menggagas sebuah inovasi dengan perspektif jangka panjang dan strategis, disaat yang bersamaan kita dihadang oleh beban-beban jangka pendek yang sangat pragmatis, dan keduanya tidak selalu persis berada pada garis yang sama. Bahkan kata Rekha, kita justru lebih cenderung terjebak di situasi yang kedua daripada yang pertama.

“Untuk menyikapi hal tersebut diatas kita bisa melakukan semacam restarting. Yaitu dengan cara menanggalkan bayangan-bayangan kelemahan dan kegagalan dan mulai fokus kepada kekuatan yang kita miliki. Dengan cara menumbuh suburkan self confidence dan mulai mengurangi kekaguman yang berlebihan terhadap “produk” dari luar. Terkait dengan pembelajaran matematika misalnya, kita masih memiliki peluang besar untuk melakukan inovasi secara optimal dan kreatif. Model pembelajaran matematika yang sesuai dengan jiwa Indonesia sudah saatnya digagas, dipupuk dan dikembangkan bersama Cakrawala Indonesia Cerdas,” pungkasnya.(bm/habari.id).

Baca berita kami lainnya di