Khotbatul Wada Marten Taha

oleh
oleh
Wali Kota Gorontalo, Marten Taha.

HABARI.ID I Dua orang berkasih sayang karena Allah SWT. Mereka adalah salah satu dari tujuh golongan yang mendapat perlindungan dari Allah SWT, pada saat tak ada satu pun perlindungan pada saat itu.

Oleh: Ir. Alim S. Niode, M.Si.

banner 468x60

Di antar dengan surah Al Kahfi yang mengisahkan tentang pertemuan Nabi Khidir dan Nabi Musa, khutbah ini terasa basah karena konteks situasional nya. 

Inilah khutbah Jum’at  terakhir di Masjid Agung Baiturrahim oleh Marten Taha (Ketuan Umum HMI Cabang Manado periode 1983-1984), sebagai Wali Kota sekaligus sebagai petinggi Adat bergelar Ta’uwa lo Daata. Boleh di bilang khutbatul wada yang mendaraskan Allah SWT sebagai simpul buhul dalam jumpa dan pisah. 

Berlinang pula air mata, terkenang para senior HMI yang kini tetap bersimpuh di sajadah Yakusa selalu menunjukkan jati kader nya dengan rajutan NDP yang nyaris kamil: karena Allah SWT!! 

“Bukan perpisahan yang ku tangisi tapi pertemuan yang ku sesali”. Baris lirik lagu oleh Dian Pisesa (populer tahun 80-an) yang sering di ucapkan kanda Harun Wasolo (Allah yarham) pada ceramah-ceramah nya, yang juga di lantunkan dengan fasih oleh ustad Natsir Sandiah seperti berdenting di bagian dalam sana. Iramanya menegaskan sepuluh tahun untuk dua periode Marten Taha menjabat Wali Kota Gorontalo pada putaran hari Jum’at, berakhir hari ini. Tidak mudah!, karena banyak yang patah di tengah jalan kalau tidak di dera badai intrik dan isue. Tak jarang ada yang berakhir di hotel prodeo. Tidak begitu untuk Marten Taha. 

Marten Taha adalah Ketum saya saat ber HMI di Manado tahun 80-an. Kesan saya, dia santun dan tidak bikin susah orang meski berlawanan dengan dia. 

banner 468x60

Waktu itu HMI di dera isue azas tinggal (UU no 8/1985). Konsekuensinya ada kelompok yang menolak dengan alasan komitmen berorganisasi (HMI berasaskan islam). Kelompok yang menerima  beralasan jika karena ini membuat HMI di dozer orba, maka tak ada alasan untuk menolak. HMI tidak boleh mati. 

Saya masuk pada kelompok menolak. Berhadapan dengan kami kelompok yang menerima (yang di Gorontalo, yang lain saya tidak sebut) antara lain: Marten Taha, Gusnar Ismail dan lain-lain.

Beberapa dari kelompok mereka terkesan “memusuhi”. Tapi Marten Taha tidak mengambil sikap itu. Dia tinggalkan zona konflik dan dia naik ke KNPI bersama Gusnar Ismail dan lain-lain. 

Meski begitu, saya bersyukur dan berterima kasih kepada kedua kelompok tersebut karena keduanya berkontribusi pada pengembangan ke kader Ansor saya kekancah berikutnya. Insha Allah khusnul khatimah. Barakallah fikum. Yakusa.(**).

Baca berita kami lainnya di


banner 468x60