Ketika Atmosfer PKKMB UNG Dirasakan Pelaku Ekonomi Paling Bawah

oleh -116 Dilihat
oleh
Mahasiswa baru UNG saat berbelanja dagangan Kak Memi, pedagang kebutuhan mahasiswa baru.(f/bnk).

HABARI.ID, KAMPUS I Mereka bukan pesaing Pusat Perdagangan ATK (Alat Tulis Kantor), Mufidah. Dari tempat jualan saja sudah sangat jauh berbeda, Mufida di gedung megah sementara mereka hanya menggunakan meja ukuran 2 X 1 meter bahkan ada yang beralaskan terpal. Jika Mufida merupakan pusat perdagangan ATK, sementara mereka hanya memanfaatkan peluang untuk bertahan hidup. 

Mereka siapa lagi kalau bukan pelaku ekonomi kalangan paling bawah, yang mampu memanfaatkan peluang ekonomi dari kegiatan PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa), yang digelar UNG (Universitas Negeri Gorontalo). 

Trotoar di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman berdekatan dengan UNG, menjadi tempat pedagang ini berjualan berbagai kebutuhan mahasiswa baru. Ada yang berjualan di atas meja berukuran 2 X 1 meter, ada pula hanya beralaskan terpal ukuran kecil. 

Berjualan kebutuhan mahasiswa baru di hadapan Mufida Super Market tidak menjadi soal bagi pelaku ekonomi tersebut, malah sebuah keberuntungan bagi mereka. 

Karena Mufida sendiri, selain menjadi tempat bagi pelaku ekonomi berbelanja stok jualan yang sudah habis, lokasi yang berhadapan dengan Mufida tersebut menjadi tempat alternatif bagi mahasiswa baru berbelanja kebutuhan PKKMB.

Dampak ekonomi yang sangat positif dan baik dari pelaksanaan PKKMB UNG bagi kalangan pelaku ekonomi paling bawah ini, tidak membutuhkan waktu bertahun-tahun, bulan atau pekan. Akan tetapi, hanya dengan waktu lima hari mereka sudah meraih keuntungan dua kali lipat dari modal awal. 

Seperti kata seorang pelaku ekonomi yang akrab disapa Kak Memi, yang berjualan di trotoar Jalan Jenderal Sudirman tepatnya di depan Masjid Sabiilurrasyaad UNG, Rabu (13/08/2025).

Modal awal yang Ia siapkan sekitar Rp 1 juta lebih, digunakan membeli Kaos Kaki berbagai macam warna, Tali Sepati berbagai warna, Pita, tempat Id Card, Dasi dan Tote Bag. 

“Modal awal saya sekitar Rp 1 juta lebih. Kegiatan mahasiswa baru seperti ini memang lima hari di gelar, tetapi momen penting itu ada pada hari-hari tertentu, yakni hari pertama, hari ketiga dan keempat. Hari pertama dan hari kedua, saya sudah kembali modal. Sekarang tinggal meraih keuntungan, karena sudah di tingkat fakultas,” ujar Kak Memi. 

Pelaku Ekonomi biasa dipanggil Papa Fahri ini katakan, bukan hanya kali ini Ia berjualan kebutuhan mahasiswa baru di trotoar Jalan Jenderal Sudirman. Tetapi, aktivitas untuk menambah penghasilan rumah tangga itu sudah Ia lakoni sejak 23 tahun silam sampai dengan sekarang, sejak era Nelson Pomalingo Rektor UNG sampai di masa Eduart Wolok sebagai Rektor UNG. 

“Saya berjualan kebutuhan mahasiswa baru ini, sudah puluhan tahun sampai sekarang waktu itu masih Pak Nelson Pomalingo rektor UNG, sampai sekarang Pak Eduart Wolok. Kalau dulu mahasiswa itu paling sering membeli Tolu, Toga dan cangkul yang terbuat dari pisau kecil, tapi sekarang zaman sudah beruba dan maju,” kisah Kak Memi. 

Belanja Kebutuhan PKKMB, Maba Pilih Pelaku Ekonomi Bawah daripada Super Market

SUPER market pusat perdagangan ATK (Alat Tulis Kantor) Mufida berdiri kokoh dan berdekatan dengan UNG (Universitas Negeri Gorontalo), tetapi dari 5.281 mahasiswa baru sebagian besar memilih pelaku ekonomi di bawah sebagai tempat berbelanja kebutuhan PKKMB. 

Memang bukan tanpa alasan kenapa mahasiswa baru UNG ini lebih memilih pelaku ekonomi di bawah, sebagai tempat berbelanja kebutuhan PKKMB. 

Pertama dari segi waktu, jika di Super Market Mufida mahasiswa baru ini akan kehilangan banyak waktu di tengah di kejar deadline tugas, maka di kalangan bahwa pelaku ekonomi mahasiswa baru ini bisa mengefisienkan waktu mereka. 

Kedua dari segi lokasi, jika di Super Market Mufida dipadati dengan pengunjung dan berdesak-desakan, maka di tempat kalangan bawah pelaku ekonomi berdagang mahasiswa ini lebih leluasa dan menikmati udara. 

Terakhir ketiga dari segi harga, jika di Super Market Mufida harga satu barang Rp 10 ribu maka di tempat kalangan bawah pelaku ekonomi sedikit berbedar yakni harga satu barang sekitar Rp 10.500 rupiah sampai Rp 11.000. 

Hal tersebut seperti disampaikan Tantri, mahasiswa baru UNG dari Fakultas Olahraga dan Kesehatan UNG, saat di temui pasca berbelanja kebutuhan PKKMB di tempat kalangan bawah pelaku ekonomi. 

“Sebenarnya kalau bicara lengkap, Super Market Mufida sangat lengkap. Tapi saya lebih pilih di emperan seperti ini, karena banyak manfaatnya. Seperti menghemat waktu, kedua tidak berdesak-desakan dan masih leluasa, dan harganya tidak jauh berbeda dari harga yang ada di Mufida. Initinya, barang yang kita butuh masih sama dan manfaatnya sama, hanya cara ikhtiarnya yang beda,” singkat Tantri.

Baru 3 Hari PKKMB Digelar, Uang Berputar Lebih dari Rp 500 Juta di Kalangan Bawah Pelaku Ekonomi

PKKMB atau Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa, yang digelar UNG (Universitas Negeri Gorontalo) bukan hanya memberikan jaminan masa depan bagi mahasiswa baru saja. Akan tetapi, bisa menjadi jaminan bagi kalangan bawah pelaku ekonomi lebih sejahtera. 

Pasalnya, baru tiga hari UNG menggelar PKKMB perputaran uang di kalangan bawah pelaku ekonomi sudah lebih dari Rp 500 juta. Seperti di kalangan penjual kebutuhan mahasiswa baru yang berlokasi di trotoar Jalan Jenderal Sudirman, Kota Gorontalo. Ada sekitar sembila pedagang di sepanjang trotoar Jalan Jenderal Sudirman, menjual kebutuhan mahasiswa baru selama PKKMB berlangsung. 

“Kami yang menjual kebutuhan mahasiswa baru ini, ada sekitar sembilan orang. Pendapatan kami tentu tidak sama. Tapi jika diakumulasikan pendapatan kami sembilan pedagang ini, gambarannya hampir Rp 50 juta,” ungkap Papa Fahri, seorang pedagang kebutuhan mahasiswa baru. 

Senada ditambahkan seorang pengemudi bentor akrab disapa Anto, bahwa pelaksanaan PKKMB oleh UNG sangat memberikan dampak baik terhadap pendapatannya. Karena, di hari-hari biasa Ia hanya meraih penghasilan tidak sampai Rp 100 ribu, kali ini pendapatnya dalam sehari sekitar Rp 150 ribu. 

“Kami bersyukur dengan adanya PKKMB UNG, karena penghasilan kami bertambah. Saya sendiri saja, biasa hanya mendapat penghasilan di bawah Rp 100 ribu perhari, ketika PKKMB di gelar pendapatan saya kadang Rp 150 ribu kadang lebih dari itu. Di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman ini ada lebih dari 100 pengemudi bentor. Jika dihitung misal 100 pengemudi bentor yang beroperasi, maka peputaran uang setiap hari hampir Rp 50 juta. Itu baru pengemudi bentor, belum masuk mobil taksi, ojek online dan pedagang kuliner, tentu perputaran uang selama kegiatan PKKMB UNG lebih dari Rp 500 juta atau bisa mencapai Rp 1 miliar selama lima hari,” paparnya.(bm/habari.id).

Baca berita kami lainnya di