HPMIG Rebut dan Kuasai RRI Demi Pembentukan Provinsi Gorontalo

oleh
hpmig
HPMIG Cabang Manado.
banner 468x60

HABARI.ID, PROVINSI GORONTALO I Jika dahulu ada Tjakrabirawa yang merebut RRI, untuk mengumumkan pengambilalihan kekuasaan dan mengganti Dewan Jenderal pada saat itu. Maka di Gorontalo ada HMPIG (Himpunan Pelajar Mahasiswa Indonesia Gorontalo) Cabang Manado, yang merebut RRI Gorontalo mengumumkan pembentukan Provinsi Gorontalo di era 1998.

Aksi dan perjuangan pelajar dan mahasiswa tergabung dalam organisasi HPMIG ini, belum banyak yang tahu. Kecuali, mereka yang ikut terlibat dalam perjalanan panjang perjuangan pembentukan Provinsi Gorontalo, yang kini sudah berusia 21 tahun.

Habari.Id terbilang sedikit mujur, bersua dengan seorang narasumber yang terlibat langsung pada aksi perjuangan pembentukan Provinsi Gorontalo.

Disela pelaksanaan Ta’jia meninggalnya Almarhumah Azizah Taha, Kakak Kandung dari Risman Taha, Minggu (05/12/2021), Habari.Id langsung mendatangi Yasin Mobiliu yang juga Ketua HPMIG saat itu.

Perjuangan pembentukan Provinsi Gorontalo Ia katakan, sudah dimulai sejak 1995 dimana dilakoni langsung dr. Sudirman Muhamad dengan menyerahkan dokumen proposal pembentukan Provinsi Gorontalo.

Seiring dengan berjalannya waktu, Ia sebagai Ketua HPMIG menyuarakan rencana pembentukan Provinsi Gorontalo ini kepada pelajar dan mahasiswa baik di Bandung, Jakarta, Surabaya dan Yogjakarta, untuk bersiap-siap.

“Asrama Beringin atau dikenal dengan sebutan Asber, adalah markas besar kami memperjuangkan pembentukan Provinsi Gorontalo saat itu. Berawal dari tahun 1995 sampai dengan terjadinya aksi demonstrasi pada tahun 1998, yang juga tahun reformasi,” ujarnya.

Singkat cerita kata Yasin, mulailah mahasiswa HPMIG Cabang Manado melakukan aksi demontrasi pertama di tahun 1998 tepatnya pada Bulan Mei, karena adanya indikasi aksi pembodohan oleh oknum eksekutif dan legislatif.

Aksi dengan massa yang banyak itu berlangsung di Kantor DPRD Provinsi Sulawesi Utara. Mereka diterima langsung dua Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Utara yang juga warga Gorontalo, bukan lain adalah Marten Taha dan Sun Biki.

“Oratornya saat itu ada beberapa orang, mulai dari Risman Taha, Tarjon Ilahude, Azan Piola, Arifin Djakani, Budianto Napu, Fani, Rusli Monoarfa dan lain-lain ..,”

“Di tengah tuntutan yang kami sampaikan saat itu tentang adanya dugaan pembodohan dari oknum eksekutif dan legislatif, Risman Taha dengan lantang dihadapan Pak Marten Taha, juga Kakaknya menyuarakan apa yang menjadi tuntutan kami ..,”

“Padahal bukan itu sasaran kami, tetapi persiapan pembentuk Provinsi Gorontalo yang harus didukung oleh seluruh anggota DPRD Provinsi Sulawesi Utara,” terangnya.

Aksi ini tidak hanya digerakkan oleh HPMIG Cabang Manado saja, akan tetapi mereka yang berada di luar Sulut saat itu, ikut menyuarakan pembentukan Povinsi Gorontalo di depan Kantor DPR RI. “Waktu itu, ada Dewi Nani, Azan Piola juga, Rusli Monoarfa, bahkan dari unsur HMI,” ungkapnya.

Masih dalam aksi yang berlangsung di DPRD Provinsi Sulut saat itu, Ia katakan bahwa Marten Taha sempat ragu saat menerima massa aksi HPMIG Cabang Manado.

“Respon beliau (Marten.red) saat itu, beliau katakan bahwa ini tidak apa-apa, karena sudah sesuai dengan kondisi daerah. Meski mereka terlihat ragu, pada dasarnya mereka sangat mendukung pembentukan Provinsi Gorontalo, meski dengan cara diam-diam,” katanya.

Lanjut Yasin, beberapa bulan kemudian di tahun 1998 mereka mulai menyusun rencana untuk menduduki Kantor RRI Gorontalo. Dengan satu alasan, bahwa media paling dekat dengan masyarakat bahkan sampai tingkat pusat, adalah RRI.

RRI Gorontalo pun lengah saat menerima informasi, akan ada aksi damai besar-besaran dari HPMIG Cabang Manado di Kantor RRI Gorontalo. Dan hanya menghitung menit, Kantor RRI Gorontalo berhasil dikuasai HPMIG Cabang Manado bahkan HPMIG Makassar ikut terlibat.

“Yang kami tugaskan untuk memimpin perebutan RRI Gorontalo saat itu, adalah Risman Taha. Kenapa Risman? karena dia adalah pemukul terdepan kami saat itu, yang berani menghadapi aparat baik TNI dan Polri ..,”

“Aksi ini terjadi saat Pak Mangindaan datang ke Gorontalo. Selain Risman dan saya sendiri, ada juga teman teman lain yakni Azan Piola, Arifin Djakani, Rusli Monoarfa, Alaudin Lapananda, Tarjon Ilahude dan lain-lain ..,”

“Hal yang disampaikan Risman Taha saat itu di RRI Gorontalo mewakili HPMIG Cabang Manado, pertama meminta menurunkan Iman Nuriman dari jabatan Bupati Gorontalo, kemudian pembentukan Provinsi Gorontalo siap diperjuangkan oleh mahasiswa ..,”

“Suara yang disampaikan HPMIG saat itu didengar semua masyarakat, termasuk Almarhum Iwan Bokings, Pak Gusnar Ismail, Almarhum Meydi Botutihe serta beberapa pejabat lain, yang pada intinya mendukung aksi ini. Bahkan mereka sempat memberikan nasihat, meminta kami untuk berhati-hati dengan aksi ini,” terangnya.

Risman Taha “Diculik” Aparat, Dijemput Yasin Mobiliu

AKSI besar-besaran HPMIG Cabang Manado yang tadinya damai, akhirnya pecah dan tidak terbendung oleh aparat baik TNI dan Polri. Sampai-sampai Risman Taha pun “diculik” aparat bersenjata lengkap, dan dibawah ke Mapolres Limboto saat itu.

“Sekali lagi saya sebut, Risman Taha adalah “pemukul” terdepan kami. Dia (Risman) berani memperjuangkan kebenaran, meski risiko yang Ia hadapi bisa merugikan dirinya. Dan pada saat itu Ia sempat “diculik” aparat, dan saya jemput di Polres Limboto,” ucap Yasin.

Seiring berjalannya waktu, apa yang diperjuangkan HPMIG saat itu memberikan hasil yang sangat maksimal. Kini hasil perjuangan itu tidak terasa sudah 21 tahun dinikmati oleh masyarakat di Provinsi Gorontalo.

“Akhirnya, seiring berjalannya waktu semua mendukung pembentukan Provinsi Gorontalo. Kami bersyukur, HPMIG sebagai bagian dari memperjuangkan pembentukan Provinsi Gorontalo, bisa memberikan yang terbaik untuk masyarakat ..,”

“Kini usia Provinsi Gorontalo kita sudah 21 tahun, dan kami ucapkan Selamat Ulang Tahun Provinsi Gorontalo yang sama-sama kita cintai,” pungkas Yasin Mobiliu.(bnk/habari.id).

Baca berita kami lainnya di

Tinggalkan Balasan