Sebelum Hiu Paus Pergi dan Tak Kembali

oleh
Hiu Paus di Botubarani.[foto_Donald R. Wahani]
banner 468x60

HABARI.ID I Plankton dan ikan-ikan kecil, menjadi makanan utamanya. Tapi sejak kemunculan pertama pada 2016 lalu di perairan Teluk Tomini, Botubarani, Bone Bolango, Hiu Paus malah suka dengan udang-udang kecil.

Seperti menjadi makanan istimewa bagi hiu paus. Padahal, awalnya udang-udang kecil itu berasal dari sisa-sisa produksi (limbah) pabrik udang.

Karena limbah pabrik, ini sempat dipersoalkan. “Tapi belakangan pabrik udang yang letaknya tak jauh dari zona interaksi hius paus, sudah tak lagi berproduksi. Kemunculan pun hiu paus mulai berkurang …,”

“Dua minggu lalu, hanya satu sampai dua ekor yang muncul. Itu pun hanya yang berukuran di bawah 5 meter. Kalau yang muncul berukuran lebih dari 5 meter (hiu paus dewasa) biasanya bertahan agak lama, satu sampai dua minggu,” kata Donald R. Wahani, pegiat wisata bahari.

Menurut Donald, saat ini memang bukan pada periode kemunculan hiu paus. Tapi soal mulai berkurangnya sumber makanan hiu paus, menjadi masalah serius.

“Pola kemunculannya pada sekitar bulan Mei hingga Agustus. Bahkan pernah sampai bulan September. Kelompok Sadar Wisata memang sudah menyiapkan udang-udang kecil yang ditawarkan kepada setiap pelancong …,”

“Tapi itu tidaklah cukup bagi hiu paus untuk berlama-lama di pantai Botubarani,” ungkap Wakil Ketua Bidang Wisata Bahari Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Gorontalo ini, Selasa (10/12/2019).

Perlu ada upaya konkrit yang dilakukan pemerintah terutama untuk memenuhi kebutuhan makanan Rhincondon typus ini agar betah berada di sana. Destinasi wisata hiu paus Botubarani, punya daya tarik tersendiri.

“Dampak yang ditimbulkan dari destinasi wisata hius puas ini, jelas beda dengan destinasi wisata lainnya. Gorontalo memang punya Pulau Cinta …,”

“Tapi dengan jumlah cottage yang terbatas, kita bisa menghitung berapa banyak wisatawan yang datang. Tapi wisata hius paus, jumlah pengunjungnya luar biasa, hingga puluhan ribu orang!,” kata Donald.

Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Botubarani punya data tentang jumlah wisatawan dalam dan luar negeri yang datang hanya untuk melihat langsung hiu paus. Data ini tercatat mulai dari tahun 2016 hingga 2018.

Tahun 2016, jumlah pengunjung yang memilih naik perahu: sebanyak 36.253 orang; diving: 256 orang; snork: 853 orang.

Tahun 2017, pengunjung yang memilih naik perahu: 13.203 orang; diving: 47 orang; snork: 123 orang.

Tahun 2018, pengunjung yang memilih naik perahu: 12.385 orang; diving: 32 orang; snork: 109 orang.

Selain data jumlah pengunjung yang didapat melalui metode pencatatan langsung, kemunculan hiu paus terdata, baik melalui metode pencatatan langsung maupun melalui instrument penerima sinyal akustik (acoustic receiver).

Menjamin Sumber Makanan untuk Hiu Paus

Yang bisa dilakukan untuk menjamin agar ikan raksasa yang ramah dengan manusia ini betah di Botubarani caranya adalah menyiapkan sumber makanan.

“Di Taman Nasional Teluk Cendrawasih juga ada habitat hiu paus yang kini dikelola Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, misalnya ..,”

“Di sana sudah disiapkan bagan terampung, yang dijadikan sebagai tempat menyimpan sumber makanan berupa ikan-ikan kecil. Dan dampak ekonomisnya bagi masyarakat, cukup besar,” kata Donald.

Tak seperti di tempat lain, Botubarani yang menjadi zona habitat hiu paus ini mudah dijangkau. “Wajar kalau pengunjungnya sampai puluhan ribu. Karena letaknya tak jauh dari jalan trans,” kata Donald.

Dan yang paling berwenang menata dan mengelola wilayah pesisir, termasuk di dalamnya wisata hius paus — berdasarkan PERDA Provinsi Gorontalo No. 4 Tahun 2018 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil (RZWP3K) Gorontalo 2018 – 2038 — adalah pemerintah provinsi, melalui Dinas terkait.

“Ini yang perlu dilakukan oleh pemerintah, sebelum hiu paus itu pergi dan tak kembali. Wisata hiu paus sangat potensial untuk pengembangan industri pariwisata di Gorontalo,” imbuh Donald.(fp/habari.id)

Baca berita kami lainnya di

Tinggalkan Balasan