Pancaroba, Gorontalo Alami Suhu Terendah

oleh
Ilustrasi [foto_istimewa]
banner 468x60

HABARI.ID I Masyarakat tak perlu kaget dengan suhu dingin yang dialami belakangan ini. Menurut Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Gorontalo, kondisi ini akibat peralihan musim (pancaroba); dari musim kemarau menuju ke musim penghujan.

Pancaroba ditandai dengan beberapa gejala alam. BMKG mencatat pada Senin (9/9/2019) malam, suhu udara mencapai 17°C, satu derajat lebih rendah dibanding tahun 2014 lalu, 18°C.

“Kita sedang di puncaknya musim kemarau. Jadi kondisi peralihan ke musim hujan, memang gejalanya seperti ini …”

“Meskipun paling rendah dibanding lima tahun terakhir, ini belum termasuk kategori ekstrim,” kata Wahyu Guru I, Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Gorontalo, Selasa (10/9/2019).

Sebelumnya, kemarau panjang melanda hampir seluruh wilayah di Indonesia. Di Gorontalo, kekeringan bahkan sudah terjadi sejak bulan Juli, yang mengakibat kekeringan.

Suhu dingin ini juga, jelas Wahyu, diakibatkan oleh angin yang dibawa dari Australia, angin selatan yang menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Ketika puncak musim kemarau pada siang hari akan terasa sangat panas dan sebaliknya pada malam hari.

“Karena tutupan awannya sedikit. Kemudian daratan melepaskan panas yang diterima sebelumnya (siang hari). Sehingga pada malam hari akan terasa sangat dingin, begotu juga siang hari akan terasa sedikit lebih panas,” ujar Wahyu.

Tak heran jika masyarakat sering merasakan dingin ketika memasuki malam hari. Menurut Wahyu, untuk skala global mengalami el nino, dan Gorontalo pada musim kemarau kemarin terkena el nino lemah. Jadi, secara keseluruhan, bulan September ini adalah suhu yang paling rendah.(fbd/Habari.id)

Baca berita kami lainnya di

Tinggalkan Balasan