KOPEK Indonesia Hadirkan Solusi di Tengah Lesunya Industri Kelapa

oleh
Bupati Gorontalo yang juga merupakan ketua KOPEK Indonesia, Nelson Pomalingo, saat menjadi pembicara pada kegiatan diskusi yang diselenggarakan KOPEK Indonesia, Jumat (2/8/2019), di Hotel Acasia Jakarta.
banner 468x60

HABARI.ID, GORONTALO – Ketua Koalisi Kabupaten Penghasil Kelapa (KOPEK) Indonesia, Nelson Pomalingo, punya langkah sistematis dan solutif dalam mengatasi problem komoditas kelapa yang kini “redup”, pengembangan industri kelapa yang lesu dan melemah melalui ide revitalisasi kelapa.

Indonesia adalah salah satu negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Untuk mengoptimalkan potensi kelapa ini, kata Nelson, perlu diikuti dengan kebijakan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang berpihak pada revitalisasi kelapa. Perlu ada program yang fokus pada revitalisasi kelapa.

“Kita mendorong pemerintah daerah membuat kebijakan revitalisasi dan peremajaan. Karena sebagian besar kelapa sudah tua. Itu yang pertama,” terang Nelson, pada kegiatan diskusi yang diselenggarakan KOPEK Indonesia, Jumat (2/8/2019), di Hotel Acasia Jakarta.

Yang kedua, sambung Nelson, menyangkut home industry terkait kelapa. Bagaimana hasil industri itu digunakan langsung agar market kelapa, punya kejelasan.

Serta melakukan kolaborasi dengan konsultan dan investor, sehingga semua unsur punya pemahaman yang komprehensif tentang bagaimana mengembangkan kelapa. Bupati Gorontalo ini juga menyampaikan, revitalisasi kelapa sudah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Gorontalo, sejak tahun lalu.

“Di Kabupaten Gorontalo, kita sudah punya tiga industri kelapa dan semua ekspor. Inilah yang diharapkan dapat diadopsi daerah lain, khususnya daerah-daerah penghasil kelapa.

Di level nasional juga harus ada komitmen bersama, terutama antar sesama lembaga. Karena bicara kelapa, bukan hanya bicara sektor pertanian saja, tetapi termasuk urusan industri dan perdagangan,” jelas Nelson.

Menurutnya, problema hari ini adalah harga kelapa sangat rendah. Maka, harusnya bagian perdagangan harus turun lansung mengatasi problem yang ada kaitannya denga harga kelapa secara internasional.

Permasalahan ini juga, kata Nelson, akan disampaikan kepada Presiden RI melalui KSP Moeldoko sebagai Ketua umum HKTI. Karena, berbeda dengan sawit, kelapa adalah sepenuhnya milik rakyat.

“Kalau sawit 80% milik perusahaan. Kelapa adalah kebalikannya, hampir 100% milik rakyat. Maka membangun kelapa sama saja dengan membangun rakyat,” tandas dia.(FBD/Habari.id)

Baca berita kami lainnya di

Tinggalkan Balasan