Festival Tutulu; Mengokohkan Identitas Budaya dan Penciri Daerah

oleh
FESTIVAL TUTULU I Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo didampingi Ketua TP PKK Kabupaten Gorontalo Fory Naway saat hadir di Festival Tutulu, Sabtu (31/08/2019)
banner 468x60

Lain ladang, lain belalang. Lain lubuk, lain pula ikannya. Setiap daerah di Indonesia punya penciri (kekhasan). Ini (juga) sekaligus menjadi identitas budaya, yang membedakan budaya antara daerah satu dengan daerah lainnya.”

HABARI.ID I Adat istiadat dan budaya, adalah segala yang menyangkut kelaziman yang dilakukan masyarakat, baik dalam dimensi sosial maupun dimensi spiritual.

Kelaziman ini tidak putus. Melainkan diwariskan turun temurun. Kelaziman yang kemudian melembaga menjadi sesuatu yang memiliki nilai ini, akan berlaku dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Banyak penanda yang bisa dijadikan sebagai pembeda adat dan kebiasaan antar daerah, suku dan bangsa. Kuliner, bahkan penganan sekali pun, bisa menjadi penanda, penciri sekaligus identitas daerah.

Di Gorontalo, ada Festival Tutulu, yang secara spesifik menonjolkan Tutulu (kue cucur, penganan khas). Pada Festival yang digelar Sabtu (31/08/2019) di desa Isimu ini, menegaskan bahwa Tutulu adalah bagian dari adat masyarakat Gorontalo.

***

Ragam penganan tradisional tertata rapi di atas 70 meja yang diatur berjejer di malam yang sibuk, malam perayaan Tahun Baru Islam 1441 Hijriah.

Dari berjenis-jenis kue yang “dipamer massal” itu, kue cucur tampak lebih dominan. Kata panitia, ada 700 cucur yang disaji pada festival itu.

Kali ini, cucur benar-benar jadi istimewa. Penganan yang terbuat dari tepung terigu campur tepung beras plus gula merah ini, menjadi nama sebuah festival budaya yang acap kali digelar pada perayaan Tahun Baru Islam; Festival Tutulu.

Festival Tutulu di desa Isimu, Tibawa, kabupaten Gorontalo ini, memang lebih semarak dibanding dengan event serupa di kelurahan atau kecamatan lain. Giat ini diawali dengan pawai obor yang melibatkan ratusan siswa-siswi se-kecamatan Tibawa. Mereka tumpah ruah di jalan trans sulawesi, selepas shalat Isya.

“Luar biasa. Untuk tahun ini, saya sengaja meluangkan waktu untuk melihat langsung. Ternyata event ini melebihi event-event kelurahan atau kecamatan lain …”.

FESTIVAL TUTULU I Perayaan Tahun Baru Islam yang digelar di desa Isimu, Tibawa, Kabupaten Gorontalo, disemarakkan dengan pelaksanaan Festival Tutulu. Penganan Tutulu (kue cucur) ditampilkan dalam wadah-wadah unik.

“Mulai tahun depan kita masukkan event unik ini dalam kalender pariwisata kabupaten Gorontalo,” tukas Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo, dalam sambutannya di kegiatan Festival Tutulu, Sabtu (30/8/2019) malam. Sebagai bentuk apresiasi atas kinerja panitia, Nelson memberikan uang senilai 10 juta rupiah.

Festival semacam ini, kata Nelson, akan memperkuat kesan orang tentang keberadaan Isimu. “Isimu tak hanya dikenal dengan Bandara Djalaludin-nya. tapi juga dikenal dengan ke cucur-nya sebagai penanda”.

Ke depan, nantinya bukan hanya masyarakat Gorontalo saja yang akan datang di Festival Tutulu. Kita akan buat event ini menjadi lebih menarik, untuk mengundang para wisatawan luar Gorontalo,” tukas Nelson.

Nelson mengunci sambutannya dengan mengajak masyarakat untuk menjadikan Tahun Baru Islam sebagai ajang untuk mengevaluasi diri. “Begitu pula dengan pemerintah Kabupaten Gorontalo, yang akan terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat”.***

Penulis: Franco Dengo; Editor: Fadli Poli

Baca berita kami lainnya di

Tinggalkan Balasan