BMKG: Awal September, Puncak Kekeringan

oleh
Kondisi tanah terbelah karena kekeringan, tanah ini adalah sawah milik petani di Desa Pilohayanga Barat, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo.[foto_doc]
banner 468x60

HABARI.ID I – Kemarau panjang melanda hampir seluruh wilayah di Indonesia. Di Gorontalo, kekeringan bahkan sudah terjadi sejak Juli lalu.

Meski bukan termasuk kategori bencana besar, nyatanya kekeringan membuat lumpuh beberapa sektor kehidupan masyarakat, seperti halnya kesulitan air bersih dan gagal panen bagi para petani.

“Sekarang (awal bulan September) Provinsi Gorontalo memasuki puncak musim kemarau. Kemarin kita sudah prediksi, mulai pertengahan Agustus hingga awal September,” ujar Wahyu Guru I, Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Gorontalo, saat diwawacarai Habari.id Senin (2/09/2019).

Sebenarnya, musim kemarau ini, sambung Wahyu, memang merupakan siklus tahunan setelah musim penghujan.

BMKG juga telah memantau kekeringan yang terjadi di Gorontalo saat ini lebih kuat dari tahun kemarin. Dirinya pun menyampaikan bahwa kondisi ini, selain diakibatkan oleh kemarau panjang, juga diperkuat oleh cuaca global El Nino (lemah).

“Sejak Juli kita sudah mengalami kondisi El Nino lemah. Mungkin inilah yang mengakibatkan adanya pergeseran musim. Membuat cuaca lebih ekstrim daripada sebelumnya. Tahun kemarin biarpun kemarau masih ada hujan. Tapi, tahun ini tidak ada sama sekali,” jelas Wahyu.

Gorontalo pernah mengalami kekeringan parah di Tahun 2015. Untuk tahun 2019 ini, kata Wahyu, kategorinya belum terlalu parah dibanding saat itu.

Dirinya juga menambahkan setelah kemarau ini, akan disusul dengan musim pancaroba, hingga akhirnya musim penghujan yang diprediksikan akan terjadi pada bulan Oktober nanti. (fbd/Habari.id)

Baca berita kami lainnya di

Tinggalkan Balasan