Antibiotik vs Resistensi Antibiotik

oleh
antibiotik
Sri Nurain Ibrahim, Mahasiswa Fakultas Farmasi UNG.
banner 468x60

HABARI.ID I Pemakaian antibiotik selama 5 tahun terakhir mengalami peningkatan yang luar biasa. The Center For Disease Control and Prevantion in USA menyebutkan, terdapat 50 juta peresepan antibiotik yang tidak diperlukan (unnecessary prescribing) dari 150 juta peresepan setiap tahunya.

Menurut Komite Pengendalian Antimikroba dari Tahun 2013, 2016, sampai 2019. Bakteri resisten itu semakin naik dari 40%, 60% dan 60,4% pada tahun 2019. Peningkatan kejadiaan resistensi disebabkan karena adanya penggunaan antibiotik yang tidak terkendali.

Berdasarkan Riskesdas tercatat sebanyak 86,1% rumah tangga di Indonesia menyimpan antibiotik tanpa resep dokter. Akibat dari penjualan yang dilakukan secara bebas di apotek, kios atau warung menyebabkan masyarat dapat membelinya secara bebas dan menggunakan antibiotik tersebut tanpa resep dokter, bahkan ada yang menyimpan antibiotik cadangan di rumah.

Saat ini pengetahuan masyarakat tentang penggunaan antibiotik menjadi salah satu faktor terpenting dalam keputusan penggunaan antibiotik secara bebas oleh masyarakat. Sebagian besar masyarakat memahami bahwa antibiotik obat yang digunakan untuk mengobati infeksi, tetapi mayarakat tidak mendapatkan informasi mengenai cara penggunaan antibiotik yang tepat untuk pengobatan. Hal ini dikarenakan masyarakat mendapatkan antibiotik tanpa resep dokter.

Ketidaktepatan penggunaan antibiotik dapat menyebabkan terjadinya resistensi antibiotik. Resistensi antibiotik adalah kondisi dimana suatu bakteri dalam tubuh manusia menjadi resisten (kebal) terhadap antibiotik. Penyebab resistensi ini dikarenakan adanya mutasi bakteri secara alami, maupun diakibatkan oleh penggunaan antibiotik yang tidak tepat.

Karena berisiko menimbulkan resistensi, bakteri yang resistensi terhadap suatu antibiotik tidak lagi dapat dibunuh oleh antibiotik tersebut.

Antibiotik merupakan suatu obat yang memerlukan perhatian khusus dalam penggunaanya. Antibiotik yang tepat sesuai aturan pakai akan mengurangi terjadinya resistensi sehingga meningkatkan kualitas kesehatan pasien, sebaliknya penggunaan tanpa aturan akan mengakibatkan keefektifan dari antibiotik berkurang.

WHO (World Health Organization) telah menyatakan bahwa resistensi antibiotik termasuk dalam 10 ancaman kesehatan global yang akan dihadapi oleh manusia. Resistensi ini berdampak secara signifikasn bagi perekonomian dan sistem kesehatan. Karena resistensi obat dapat mengakibatkan masa perawatan dirumah sakit menjadi lebih lama sehingga kebutuhan perawatan medis lebih mahal.

Prinsip Penggunaan Antibiotik

Pada fasilitas pelayanan kesehatan antibiotik digunakan pada terapi empiris, tujuannya untuk penghambatan pertumbuhan bakteri yang disebabkan oleh infeksi. Kemudian terapi definitif, yakni pada infeksi yang sudah diketahui jenis bakteri penyebabnya dan pola resistensinya.

Kemudian terapi profilaksis, guna mencegah timbulnya infeksi sebelum, saat dan hingga 24 ham pasca operasi. Tujuannya juga untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi.

Sementara untuk risiko pemberian antibiotik, ada lima poin masing-masing memicu proses resistensi, infeksi akbat AMR sulit untuk pengobatannya, serta meningkatkan mortilitas. Kemudian risiko peningkatan prevalensi Clostridiodes defficile pada usus, peningkatan cost dan terakhir adalah efek samping antibiotik.

Keuntungan pemberian antibiotik efektif terhadap infeksi, yang disebabkan oleh mikroorganisme yang dapat membunuh bakteri dalam tubuh, yang digunakan sebagai obat untuk memerangi berbagai penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme berbahaya. Antibiotik tidak membahayakan sel-sel tubuh normal lainnya. Tetapi, antibiotik telah dikembangkan untuk menyerang sel manusia untuk pengobatan kanker.

Sedangkan kerugian pemberian antibiotik, memiliki efek samping. Jika terlalu sering menggunakan antibiotik, dapat memberikan kontribusi untuk peningkatan infeksi bakteri. Jadi, para bakteri menjadi resisten terhadap obat antibakteri.

Beberapa antibiotik menginduksi hiper-sensitivitas dan mereka dapat menyebabkan respon alergi. Jika antibiotik digunakan cukup lama maka bakteri akan bermutasi untuk menahan antibiotik yang dikenal sebagai resistensi antibiotik.

Penggunaan Antibiotik Pada Covid-19

Pada masa pandemi saat ini banyak masyarakat menggunakan antibiotik sebagai pengobatan Covid-19. Sementara itu, penggunaan antibiotik pada pasien Covid-19 tidak di sarankan oleh WHO (World Health Organization), karena Covid-19 disebabkan oleh virus, bukan bakteri.

Sehingga tidak bisa disembuhkan dengan antibiotik, bukan hanya tidak memberikan manfaat, penggunaan antibiotik secara berlebihan merupakan pemicu utama munculnya resistensi antibiotik sehingga menambah angka kematian. Angka kematian akibat resistensi antibiotik sebesar 700.000 pertahun, sehingga diperkirakan pada tahun 2050 kematian akibat resistensi antibiotik lebih besar yaitu mencapai 10 juta jiwa.

Belum ada angka kepastiaan mengenai penggunaan antibiotik di Indonesia. WHO (World Health Organization) telah mengeluarkan panduan untuk tidak memberikan antibiotik sebagai terapi kepada pasien dengan Covid-19 ringan maupun sedang. Kecuali ada indikasi klinis untuk melakukannya. *Data dari WHO (World Health Organization).

Peran Farmasi

Kita sebagai tenaga kefarmasian harus menjadi garda terdepan bagi masyarakat yang berperan dalam memberikan edukasi dan informasi mengenai resistensi antibiotik. Untuk melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi kepada pasien dan keluarga pasien. Kegiatan edukasi yang disertai dengan sosialisasi tentang penggunaan antibiotik bertujuaan untuk mengurangi peresepan dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat.(*).

Baca berita kami lainnya di

Tinggalkan Balasan